Abstract
Memindahkan cerita dari layar ke dalam bentuk tulisan memiliki sejarah yang panjang sejak Les Vampires (1915) dibuat novelnya dengan judul yang sama sebanyak tujuh edisi. Film asal Perancis itu terpecah menjadi 10 episode dengan durasi yang berbeda, dimulai 13 November 1915 dan berakhir pada 30 Juni 1916. Novel yang ditulis oleh Feuillade dan George Meirs ini kemudian dirilis tahun 1916. Dua belas tahun kemudian, London After Midnight (1928) muncul menovelisasi film dengan judul yang sama setahun sebelumnya di New York, Amerika Serikat. Uniknya, film yang didistribusikan oleh Metro-Goldwyn-Mayer ini bermula dari ide cerita pendek dengan judul The Hypnotist karya dari sutradara, Tod Browning. Lebih unik lagi, masih di periode awal ini, novelisasi King Kong (1933) muncul dua bulan sebelum filmnya rilis di New York. Novelisasi tidak hanya memindahkan, tetapi memiliki muatan politis dalam strategi pemasaran karya utamanya, yaitu film. Karya novelisasi kemudian menghadapi dilema karena di satu sisi merasa bagian dari literatur atau karya sastra, sementara di sisi lain dianggap hanya sekadar memenuhi kebutuhan promosi sebuah karya film. Dengan pendekatan cultural studies, tulisan ini mencoba menganalisis bagaimana novelisasi film berkembang dan menawarkan hal yang baru bagi penikmat film, terutama melalui studi kasus film Brownies.
Keywords
film, novelisasi, penulisan, skenario