Abstract
Gagasan sebuah iklan bisa dimunculkan dari pendalaman beberapa faktor, diantaranya; (1) keunggulan dan keunikan produk (Unique Selling Preposition) baik keunggulan secara rasional fisik (rational benefit) dan keunggulan emosional (emotional benefit). (2) karakteristik konsumen (tingkat kebutuhan, pola konsumsi, pengalaman, geografi, demografi dan psikografi). Hal-hal tersebut terangkum dalam pendalaman ditemukannya consimer insight, sebuah pencerahan sebagai pemantik gagasan dalam menyampaikan pesan iklan. (3) metode ideasi yang merupakan cara yang digunakan oleh setiap advertising agency dalam mengeksplorasi gagasan iklan. Gagasan merupakan jiwa dari sebuah iklan. Gagasan tertangkap melalui bagaimana iklan disampaikan dan di terima oleh audien. Gagasan iklan dituntut berhasil menghentikan perhatian (attention) lelaui daya tariknya. Kekuatan daya tarik iklan menjadi kekuatan yang terus diupayakan oleh tim kreatif pada setiap iklan-iklan yang mereka ciptakan. Kreatifitas di dalam iklan akan membedakan tingkat respon audien dibanding sekedar produk yang dijajar di etalase atau terpajang di katalog. Dengannya para produsen mempercayakan budget yang cukup besar untuk biaya iklan. J. Walter Thompson Jakarta, meraih penghargaan Agency of the Year 2015, disusul Hakuhodo Indonesia dan Lowe Indonesia pada ajang penghargaan tahunan Citra Pariwara. Hal yang menentukan adalah gagasan-gagasan iklan mereka yang memukau dan memenuhi standar indikator penjurian. Tidak mengherankan karena agency-agency di atas merupakan agency papan atas di Indonesia saat ini, dimana mereka memiliki perangkat dan sumberdaya yang memadai untuk menggarap dan mengeksplorasi gagasan iklan dengan maksimal. Lalu bagaimana dengan perangkat dan sumberdaya yang ada di kelas DKV dalam menggarap dan mengeksplorasi gagasan iklan? Kelas DKV merupakan simulasi ideadi yang mengusung pendekatan agency dengan pola dan treatment yang jelas berbeda.