Abstract
Sekitar 90% informasi yang diperlukan untuk mengemudi diterima oleh pengemudi secara visual melalui mata. Hanya sedikit informasi yang diterima dengan pendengaran (klakson, marka kejut) dan indera perasa (marka berprofil (tactile), jalan kasar). Sebagian besar informasi mereka dapatkan secara visual. Dua perlengkapan paling umum yang digunakan ahli teknik untuk membekali mereka dengan informasi itu adalah rambu dan marka garis yang terdiri dari tanda, warna dan katakata. Keduanya sangat umum digunakan di jala sehingga sering dianggap remeh. Ini membuat beberapa rambu dan marka garis digunakan dengan tidak benar, tidak efisien atau tidak berkeselamatan. Ahli keselamatan jalan yang berpengalaman tahu bahwa dan marka, jika digunakan dengan benar, akan sangat bermanfaat bagi keselamatan jalan. Tanda adalah metode komunikasi penting di seluruh dunia, terlepas dari bahasa yang mendukung citra di belakang mereka. Semua tanda keselamatan mengikuti tata letak tertentu dan menggabungkan gambar yang ditetapkan untuk memastikan mereka dipahami oleh semua orang. Hal ini terutama berlaku di saat berlalu lintas karena tanda-tanda mempromosikan keselamatan dan memberikan instruksi penting jika terjadi keadaan darurat. Warna memiliki peran besar dalam memastikan tanda-tanda untuk langsung dikenali. Sangat penting bahwa setiap warna menandakan hal yang sama setiap saat; Misalnya, merah selalu digunakan untuk mewakili beberapa bentuk bahaya atau perilaku yang tidak tepat. Saat gambar dan warna digabungkan, tanda menjadi tidak tergantung pada bahasa dan segera dikenali. Jadi sangat penting mendapatkan warna yang benar untuk tanda. Rambu lalu lintas adalah elemen yang didefinisikan sebagai satu set label kode khusus yang ditujukan untuk pengguna lalu lintas, yang berada di bidang vertikal sehubungan dengan area lalu lintas dan ini merupakan sarana dasar komunikasi antara pihak berwenang dan pengguna jalan, Standar dan pedoman menyarankan penggunaan kata-kata dan kode warna yang sesuai untuk menyampaikan intensitas bahaya yang berbeda. Merah, kuning dan biru menunjukkan adanya penurunan intensitas bahaya. Demikian pula, bahaya, peringatan dan perhatian digunakan untuk menunjukkan bahaya dalam penurunan intensitas meskipun beberapa penelitian tidak menemukan perbedaan signifikan dalam penilaian bahaya kata-kata peringatan dan perhatian. Namun, temuan ini belum divalidasi di berbagai budaya. Karena stereotip warna di wilayah Jakarta berbeda, kami mencoba untuk mengevaluasi peringkat bahaya tersirat dari penggunan lalu lintas di kota Jakarta yang menggunakan delapan puluh delapan subyek setempat. Tanda dan kode warna yang digunakan dalam penelitian kami sama dengan yang digunakan Tanda, Kata-kata dan warna yang mampu memberikan arti berbahya, peringatan, perhatian, berfikir dan pemberitahuan sedangkan untuk warnanya, merah, kuning, hijau, putih, biru, hijau dan orange. Selain mengevaluasi peringkat bahaya tersirat, efek bahasa juga dievaluasi dengan menggunakan dua versi kuesioner: Bahasa Inggris dan Indonesia.