Abstract
Secara teknis kesimpulan yang didapat, untuk memotret pada saat perayaan imlek di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal diperlukan kemampuan dari sisi teknis dan juga kepekaan dari fotografer itu sendiri, malam Imlek di kota Tegal menyuguhkan beberapa acara yang menarik untuk diabadikan, tidak seperti di kota besar, terutama di ibukota Jakarta, malam Imlek di kota Tegal tidaklah terlalu padat sehingga lebih memudahkan fotografer untuk merekam gambar. Jika kita bandingkan dengan di kota besar, misalnya di Kelenteng petak 9 di kawasan Glodok Jakarta Barat, jika malam Imlek benar benar dipenuhi oleh lautan manusia, baik umat, simpatisan, tamu, atau hanya sekedar ingin menonton perayaan Imlek, begitu juga dengan fotografer yang ada di situ, sangat banyak, sehingga menyulitkan untuk mengambil gambar yang baik. Di kota Tegal, fotografer cukup dimudahkan dengan tidak padatnya Kelenteng pada malam Imlek, dan masih sedikit pemburu gambar yang ada di situ, sehingga ruang gerak menjadi lebih leluasa dan pengambilan angle menjadi lebih mudah. Pada malam Imlek di kota Tegal, pertujukan tarian tradisional Tionghoa diperlihatkan, fotografer dapat mengambil foto tarian barongsai atau singa ataupun tarian naga (liong). untuk memotret sebuah tarian budaya, terutama pada malam hari adalah tantangan tersendiri, diperlukan teknik memotret yang baik, lensa yang tepat dan peralatan pendukung yang memadai, misalnya dalam memotret tarian naga dan fotografer ingin membuat sebuah teknik long exposure, maka diperlukan adanya tripod untuk mendukung teknik tersebut, supaya obyek yang seharusnya tetap diam terlihat tajam dan obyek bergerak terlihat ada gerakan. Selain teknik long exposure, teknik fotografi lainnya seperti depth of field pendek juga biasa dipakai untuk mengisolasi obyek tertentu, teknik DOF pendek biasanya sering digunakan juga untuk menonjolkan obyek utama dari sebuah foto. Pada saat malam Imlek, dimana kondisi ramai, teknik DOF pendek membantu fotografer untuk mengisolasi objek utama, supaya tidak terlalu tercampur dengan objek objek lainnya. Untuk membuat foto DOF pendek tentunya diperlukan lensa yang juga tepat mendukung di situasi tersebut, dalam hal ini lensa ber bukaan diafragma besar menjadi pilihan yang tepat, disamping dapat menghasilkan DOF yang cukup halus, lensa berbukaan diafragma besar juga dapat membantu fotografer dalam mengambil foto di kondisi minim cahaya. Selain itu tentu saja teknik DOF Panjang dan Freeze juga dapat digunakan untuk mengambil gambar atau momen tertentu di dalam foto malam Imlek. Secara non teknis kesimpulan yang didapat, dalam pemgambilan foto malam Imlek di kota Tegal , yang biasanya fotografer lakukan pertama kali adalah merencakan perjalanan menuju lokasi tersebut, dan mempersiapkan peralatan yang sesuai. Merencanakan perjalanan dapat dilakukan jauh hari, mempersiapkan transportasi menuju lokasi, penginapan dan lainnya, malam Imlek di kota Tegal cukup banyak warga dari luar kota yang datang menuju Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, meski tidak sepadat saat perayaan Cap Go Meh ataupun Sejit Kong Co Ceng Gwan Cin Kun, malam Imlek tetap menjadi event favorit para pengunjung Kelenteng. Selain melihat tarian barongsai dan liong biasanya pada malam Imlek juga banyak umat yang berdoa, umat yang sedang melakukan aktivitas berdoa, menyalakan hio dan lilin memang dapat menjadi sebuah foto yang bercerita, tetapi tetap harus diperhatikan bagaimana etika sebagai seorang fotografer dalam mengambil atau merekam gambar umat yang sedang berdoa, tidak semua umat bersedia untuk difoto, atau tidak semua umat juga merasa nyaman jika sedang melakukan aktivitas doa lalu ada kamera yang mengintai mereka, hal ini sangat wajib dipahami oleh fotografer sebelum memotret pada saat malam Imlek, selain faktor teknis pemotretan, faktor tata krama dan kesopanan juga sangatlah penting untuk dijunjung tinggi. Media fotografi dipilih karena media fotografi dapat berceritera secara langsung kepada masyarakat untuk memperlihatkan bagaimana perayaan malam Imlek di kota Tegal, secara jujur dan tanpa rekayasa, media Fotografi dalam hal ini fotografi jurnalistik juga dapat menjadi pembelajaran bagi para fotografer, baik itu dari segi teknis dan non teknis, banyak sekali pelajaran teknis maupun non teknis dalam memotret pada saat perayaan ke agamaan atau budaya. Fotografi jurnalistik mengenai sebuah perayaan kebudayaan yang sarat akan makna dapat menjadi media untuk memperkenalkan sebuah keragaman budaya dan perayaan yang dapat selalu dilestarikan dan dincintai sebagai warga negara yang baik.