Abstract
Penguasaan bahasa asing mahasiswa sebagai bahasa kedua pada era globalisasi dan MEA sangat krusial untuk menghadapi persaingan global, yang mencakup persaingan sumber daya manusia, pendidikan, dan perekonomian. Berdasarkan hal tersebut perlu penelitian yang menghasilkan sebuah model pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kebutuhan pembelajar. Untuk mencapai target tersebut perlu ada tahapan penelitian yang bersifat empiris terkait motivasi dan preferensi pedagogis mahasiswa dalam memeroleh penguasaan bahasa asing sebagai bahasa kedua (second language acquisition). Terkait era teknologi digital, penelitian tahap selanjutnya penting untuk meneliti keterlibatan teknologi digital dalam memengaruhi aspek psikologis (psikoteknologi) mahasiswa dalam memeroleh penguasaan bahasa asing sebagai bahasa kedua. Penelitian tahap pertama ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan preferensi pedagogis mahasiswa sastra Inggris dan Jepang dalam memeroleh penguasaan bahasa asing. Metode penelitian ini adalah kuantitatif ex-post facto field study, yakni desain penelitian kuantitatif non eksperimental. Dari aspek tujuan penelitian, merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Sedangkan metode pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan purposive random sampling di Universitas Bina Nusantara jurusan Sastra Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan memilki motivasi akusisi bahasa asing (second language aquisition) yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan dengan 16, 33% memiliki motivasi tinggi, 79, 59% sedang dan hanya 4,08% yang memiliki motivasi rendah. Adapun dilihat dari sebaran jenis motivasi akuisisi bahasa asing rata-rata partisipan mempunyai motivasi integrative dengan mean score paling tinggi yaitu 4,64, kemudian interest in foreign (4,47), expectancy (4,11), task value (4,02), instrumental (4,01), competitiveness (3,77%), cooperative (3,72), heritage (3,64), intrinsic (3,6),, motivational strategy (3,42%), language requirement (3,33), language aptitude (3,18) sedangkan mean score terendah adalah anxiety, yaitu 3,05. Gambaran preferensi pedagogik partisipan menunjukkan preferensi practical profiency orientation sebesar 4,46 Sedangkan preferensi innovative diurutan kedua yaitu dengan mean score 4,28. dan challenge di urutan ketiga yaitu dengan mean score 3,96, sedangkan mean score terendah adalah cooperative 3,36. Dengan demikian pembelajaran bahasa asing berbasis teknologi informasi sepertinya sesuai dalam meningkatkan kemampuan akuisisi bahasa asing pada partisipan dalam penelitian ini.