Abstract
Program Bantuan Pangan Non-Tunai merupakan upaya pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi. Programini dilakukan dengan memberikan bantuan berupa sembako, yakni beras atau beras dan telur. Penerim Program BPNT disebut Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dimana mekanismennya setiap KPM akan menerima e-voucher yang akan terisi saldo sebesar Rp 110.000 setiap bulannya. Agar tetap dapat meningkatkan perputaran ekonomi, pendistribusian bantuan diberikan melalui e-warong (elektronik warung gotong royong). E-warongmerupakan toko kelontong penjualsembako yang telah dipilihmenjadiAgen BNI46 setelahmemenuhisyarat dan ketentuan yang berlaku Masih terjadi berbagai masalah dalam penyaluran program BPNT, khususnya pada e-warong dimana harus benar-benar dapat mengendalikan manajemen rantai pasok. Satu e-warong memiliki hak untuk mendistribusikan bantuan kepada 250 KPM. Maka modal yang harus disiapkan adalah sebanyak 2,5 ton atau minimal Rp 25.000.000. Dari sini masalah manajemen rantai pasok mulai muncul, dimana KPM tidak ada pembatasan untuk mengambil hanya pada satu e-warong, sehingga stok tersebut bisa jadi tidak segera terserap dan tentunya menyebabkan kerugian bagi beragai pihak. Penelitian ini mengungkap dan memahami manajemen rantai pasok pada e-warong serta mengkajinya. Selanjutnya akan diberikan alternatif model manajemen rantai pasok yang lebih efektif dan efisien sehingga penyaluran Program BPNT lebih maksimal dirasakan manfaatnya dalam menciptakan kesejahteraan sosial.