Abstract
Seiring dengan berkembangnya teknologi pertanian dan informasi mengenai bercocok tanam dengan cara modern, warga mulai mengadopsi konsep urban farming untuk mengatasi keterbatasan lahan di daerah tempat tinggalnya. Konsep urban farming yang dimaksud adalah berkebun dengan metode hidroponik dan konsep ini menjadi populer di kalangan warga khususnya sekitaran kota metropolitan dalam memenuhi kebutuhan akan sayur mayur untuk di konsumsi pribadiatau dikomersialkan. Perkembangan bercocok tanam dengan metode hidroponik yang semakin meluas, diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan produktifitas pangan, terutama untuk komoditas sayuran. Namun, pada kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Sebagian besar warga tidak begitu memahami bagaimana cara menanam hidroponik dengan benar agar menghasilkan panen yang baik dan optimal. Keterbatasan waktu dan biaya operasional adalah hal yang paling sering ditemui dan menjadi kendala bagi warga yang telah berkebun dengan cara hidroponik. Untuk menghasilkan panen yang baik, mengawasi parameter nutrisicairan hidroponik merupakan hal yang paling krusial. Hal ini diperlukan pengawasan berkala dan terus menurus oleh para petani hidroponik agar mendapatkan kualitas sayuran yang sempurna. Pemanfaatan teknologi untuk mengurangi biaya operasional harian dalam mencatat parameter cairan nutrisi dapat dilakukan. Teknologi robotik dan internet of things menjadi salah satu solusi untuk mengoleksi data dengan berkala, akurat serta transparan dengan biaya yang sangat terjangkau serta pengambilan hasil tanaman secara otomatis. Oleh karena itu, kendala-kendala yang dihadapi petani hidrponik dapat terselesaikan dengan baik. Dengan demikian, diharapkan panen hasil bertanam hidroponik akan menjadi optimal dan tingkat produktivitasnya terus bertambah.