Abstract
Penelitian ini didasari oleh tingkat perceraian di Indonesia yang semakin meningkat. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi angka perceraian ialah dengan mempersiapan dewasa muda yang akan menikah untuk memasuki pernikahan. Untuk itu, pemahaman mengenai kesiapan menikah, khususnya emerging adult menjadi sangat penting. Di sisi lain, Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang budaya. Adanya perbedaan latar belakang budaya pada pasangan ini ternyata berkontribusi pada konflik di dalam pernikahan, sementara konflik dapat berkontribusi pada kepuasan pernikahan. Akhirnya, penurunan kepuasan pernikahan meningkatkan potensi perceraian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengeksplorasi faktorfaktor kesiapan menikah yang diharapkan dapat memprediksi kepuasaan pernikahan pada individu emerging adult dengan berbagai latar belakang budaya yang ada di Jabodetabek. Variabel yang akan dilihat kaitannya dengan kesiapan menikah ialah: regulasi emosi (pada etnis Tionghoa), religiusitas (pada suku Betawi), hope, persepsi konflik interparental (pada individu yang pernah mengamati konflik orangtua yang berulang), serta kecerdasan emosi (pada wanita emerging adult). Variabel tersebut dipilih karena terkait secara teoritis dengan kesiapan menikah dan kepuasan pernikahan. Penelitian ini terdiri dari 8 studi yang dilaksanakan secara parallel. Hasil dari studi tersebut memperlihatkan bahwa dimensi cognitive reappraisal dari regulasi emosi, dan hope berhubungan dengan kesiapan menikah emerging adult. Selain itu, conflict properties dari presepsi interparental juga berkorelasi positif dengan kesiapan menikah. Lebih lanjut lagi, pada individu yang menjalani taaruf, ditemukan tingkat kesiapan menikah yang cenderung rendah. Dari sisi latar belakang budaya, ditemukan perbedaan tingkat kesiapan menikah yang signifikan dari suku Tionghoa, Arab, dan Betawi. Hasil penelitian ini memberikan saran mengenai materi yang bisa dimasukkan dalam program persiapan pernikahan dan saran untuk melakukan pendekatan yang berbeda untuk membuat program persiapan pernikahan pada individu dari latar belakang budaya yang berbeda.