Abstract
Banjir adalah bencana umum yang Terjadi hampir setiap tahun di Asia dan Pasifik. Jakarta, ibu kota Indonesia juga telah berurusan dengan banjir biasa selama beberapa tahun terakhir, tercatat sejak tahun 1600-an. Terletak di daerah pesisir, dilalui 13 sungai, dan lebih dari empat puluh persen dari kota ini pada atau di bawah permukaan laut, maka Jakarta memiliki banjir tahunan dan lima tahun periodik. Misalnya, pada tahun 2007 sekitar 30% dari Jakarta dilanda banjir. Dalam kondisi banjir yang parah, anak-anak perempuan dan orang tua akan dievakuasi ke tempat penampungan sementara. Standar yang ditetapkan kesepakatan bersama tentang apa yang perlu Meraih, seperti untuk tempat tinggal, perlindungan anak dan dll Tapi standar sebagai panduan yang universal memberikan standar minimum respon kemanusiaan. Makalah ini menguraikan hasil awal dari studi memeriksa ketahanan masyarakat menanggapi bencana banjir tahunan, fokus pada Kampung Melayu, bagian Timur Jakarta sebagai salah satu daerah yang paling terpengaruh. Studi ini menganggap bahwa aspek sosial dan budaya merupakan faktor signifikan yang membantu orang beradaptasi dengan Ulasan dampaknya. Menemukan aspek sosial dan budaya dapat menjadi mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan aspek-aspek sosial dan budaya untuk pendekatan desain berbasis masyarakat. Mencari tahu kebutuhan ruang, dan persepsi masyarakat untuk menemukan kebutuhan yang aman dan nyaman ruang untuk tempat tinggal. Metode utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah observasi lapangan Termasuk kunjungan lapangan dan percakapan dengan masyarakat. Studi ini menemukan karakteristik masyarakat dibagi menjadi 'satu pintu' daripada 'satu keluarga'. Persepsi kenyamanan tergantung pada dan ditentukan oleh kondisi anak-anak. Persepsi aman Datang setelah nyaman.
Keywords
Mitigasi bencana, Banjir, Persepsi korban banjir,