Abstract
Aplikasi teknologi digital pada ruang pamer semakin marak dilakukan tidak hanya pada museum modern di luar negeri, namun juga di berbagai ruang pamer di Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini digital teknologi mulai mengisi ruang-ruang pameran Indonesia, baik dalam bentuk audio, video sampai augmented reality. Untuk mencapai nilai edukasi pameran, pengunjung diharapkan tidak hanya terpaku pada membaca teks atau label yang memberi penjelasan lengkap, namun juga dapat merasakan dan mengalami objek, untuk kemudian membentuk sebuah pemahaman pribadi dan keterikatan terhadap objek dan masa lalu objek tersebut (engangement). Object-subject engangements tidak hanya dapat dicapai melalui objek pamer dan label keterangan semata, tetapi juga melalui tata pajang, pembentukan ruang dan suasana pameran dan tentu saja penggunaan teknologi dapat membantu sebuah pemahaman terhadap sebuah objek, tetapi bagaimana dengan pameran yang menghilangkan seluruh objek pamer aslinya dan menggantinya dengan objek pamer virtual, apakah keterikatan antara objek dan subjek masih dapat tercapai? Penelitian ini akan mengkaji keterikatan antara objek pamer dengan pengunjungnya (subjek), dalam dua jenis pameran; pameran konvensional yaitu Anjungan Provinsi Kepulauan Riau, Taman Mini Indonesia Indah dan pameran berbasis teknologi, yaitu Galeri Indonesia Kaya dengan pendekatan kualitatif melalui observasi kepada kedua jenis pameran dan pendekatan kuantitafi melalui survey pengunjung. Data-data tersebut akan dianalisa berdasarkan literatur untuk kemudian dikaji dan dibuat komparasi antara kedua pameran. Diharapkan penelitian ini akan memberikan panduan terhadap penggunaan teknologi digital yang semakin banyak digunakan di ruang pamer.
Keywords
Museum, Pameran, Tata Pajang, Teknologi, Interaktif