Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu provinsi yang memiliki nilai indeks pembangunan manusia (IPM) yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai IPM sebesar 71,73 pada tahun 2013, yang cukup jauh dari IPM DKI Jakarta yang menduduki peringkat pertama. Jika ditinjau dari kekayaan daerah maka hal ini tidak seharusnya terjadi. Sultra merupakan provinsi yang mempunyai kekayaan dalam hal sumber daya alam, misalnya pertambangan, pertanian, dan perikanan. Adanya kedua hal yang cukup bertolak belakang ini menjadi dasar untuk dilakukan penelitian mengenai penyebab rendahnya IPM di Sultra. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut. Pertama, untuk memperoleh model IPM di Sulawesi Tenggara. Kedua, menganalisis perubahan nilai IPM kabupaten/kota yang melakukan pemekaran. Dengan menggunakan metode regresi linear ganda, regresi partial least squares, dan uji Kruskal Wallis, diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, terdapat dua model IPM yang dapat digunakan untuk menggambarkan nilai IPM di Sulawesi Tenggara. Model pertama diperoleh dengan menggunakan variabel yang telah ditentukan dalam perhitungan nilai IPM dengan menggunakan metode baru. Model kedua diperoleh dengan menggunakan variabel-variabel yang lebih diperluas lagi. Kedua model mempunyai ukuran ketepatan model yang sangat baik yaitu di atas 90%. Kedua, tidak ada perbedaan nilai IPM di Sulawesi Tenggara untuk tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini berarti tidak ada peningkatan kualitas hidup manusia walaupun telah dilakukan pemekaran wilayah.

Indeks Pembangunan Manusia, Regresi Linear Ganda, Regresi Partial Least Squares, Sulawesi Tenggara, Uji Kruskal-Wallis

• Ir. Herena Pudjihastuti, M.S.

• Margaretha Ohyver, S.Si., M.Si.