Riset: Hulu atau Hilir?
Oleh: Prof. Tirta Nugraha Mursitama, PhD
Saat ini perguruan tinggi di Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan luaran penelitian dan di sisi yang sama juga mendorong ke arah komersialisasi hasil penelitian. Keseriusan ini ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 13 Tahun 2015 tentang Renstra 2015 – 2019. Di dalamnya mencantumkan indikator kinerja sasaran strategis yang harus dicapai hingga tahun ini, 2019. Di antaranya, jumlah publikasi, prototipe dan inovasi.
Sebagai sebuah kebijakan ketika disusun dan setelah berlaku tentu patut diberikan penilaian yang proporsional. Sebuah niat baik untuk menggairahkan semangat riset, melahirkan luaran dan komersialisasi diusahakan mendekati keseimbangan (balance). Namun, tentu setelah sekian tahun berlalu dampak dari kebijakan itu lah yang dinilai.
Salah satu pandangan pakar yang terdengar menyatakan bahwa pemerintah kali ini cenderung mengutamakan aspek hulu dengan memberikan penghargaan, insentif bagi peraih h-index Scopus tertinggi misalnya. Di sisi lain, pertumbuhan jumlah paten dan prototipe kurang signifikan dibanding luaran berupa artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi. Dengan demikian, arah komersialisasi terkesan dikesampingkan.
Pandangan seperti di atas sah-sah saja. Apalagi di dunia akademik yang dibuka lebar pintu perdebatan dan diskusi secara konstruktif. Lalu bagaimana kita bisa memandang hal ini?
Pertama, kita perlu terus menyadarkan dan mengampanyekan bahwa antara hulu dan hilir itu satu kesatuan dari proses penelitian. Keduanya sangat penting. Kedua, memberikan insentif yang sama atau bahkan lebih ke arah hilirisasi. Dengan kata lain menyampaikan pesan bahwa hilirisasi itu sama pentingnya dengan hulu atau bahkan lebih penting karena hubungan dengan industri akan berdampak langsung ke masyarakat secara ekonomi, sosial bahkan kesejahteraan manusia.
Ketiga, pemerintah harus melihat lebih cerdas bagaimana menjembatani kesenjangan antara hulu dan hilir dengan mengajak para stakeholders untuk berpartisipasi aktif. Keempat, para peneliti harus terus berjuang dan tidak boleh cengeng dengan terus berkarya memberikan kontribusi terbaiknya di setiap bidang yang ditekuni untuk NKRI.
*TNM*
View from 700,
Jakarta, 8 April 2019