INDEKS KETERLIBATAN GURU INDONESIA (ITEI): AN EMERGING KONSEP KETERLIBATAN GURU DI INDONESIA

Penelitian tentang keterlibatan guru banyak dilakukan karena keterlibatan guru terbukti memberikan hasil yang positif berdampak pada proses penyelenggaraan pendidikan.

Guru yang terlibat mampu menjadikan siswanya menjadi lebih terlibat sehingga menciptakan suasana sekolah yang lebih efektif. Guru yang terlibat juga menunjukkan derajat untuk bekerja lebih keras untuk membuat kegiatan kelas lebih bermakna. Guru yang terlibat bersedia untuk bekerja dengan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sehingga siswa akan terikat dengan sekolah dan berkembang prestasi mereka.

Empat jenis keterlibatan berdasarkan studi dari studi sebelumnya, yaitu:

1) Keterlibatan dengan sekolah sebagai unit sosial, dimana guru mampu menciptakan komunitas dan kepedulian terhadap sekolah sehingga terintegrasi antara kehidupan pribadinya dan kehidupan kerja.

2)keterlibatan dengan tujuan akademik sekolah, di mana guru terintegrasi dengan tuntutan tinggi yang ada dipengaruhi oleh faktor kualitas kehidupan kerja mereka sehingga meningkatkan komitmen guru untuk memberi umpan balik yang berarti.

3) keterikatan dengan siswa sebagai individu sehingga guru menunjukkan perhatian kepada kehidupan pribadi siswa, lebih peka dan sadar akan perkembangan siswa untuk menjadi lebih dewasa.

4) keterikatan dengan disiplin yang mempengaruhi pembentukan pembelajaran yang efektif.

Pada tahun 2014, sebuah penelitian mencoba mengungkap konstruksi baru dalam mengukur keterlibatan guru. Ini Penelitian menyatakan bahwa keterikatan guru dibentuk oleh enam indikator, yaitu 1) perancangan dan pengorganisasian yaitu bagaimana guru mengelola berbagai tanggung jawab sehingga guru dapat memenuhi kebutuhannya siswa. 2) memfasilitasi wacana dimana guru menjadi fasilitator bagi siswa dan orang tua. 3) Instringing adalah bagaimana guru memberikan instruksi kepada siswa dengan memperhatikan keberagaman siswa untuk membantu perkembangan kognitif mereka. 4) mengasuh guru adalah hal yang sangat penting agen sosialisasi yang mampu memelihara dan memberikan dukungan baik secara sosial maupun emosional; 5) Motivating adalah bagaimana guru memotivasi sekaligus menyebarkan motivasi sehingga dapat meningkat keterlibatan siswa. Dan 6) monitoring, dimana guru mampu mengatur waktu dan kemajuannya untuk secara efektif memantau perilaku dan pembelajaran siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai penelitian tentang keterlibatan guru lebih banyak menggali aspek-aspek terkait keterlibatan pembelajaran, sambil melihat peran keterlibatan guru yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan Prestasi siswa, maka keterlibatan guru tentunya tidak hanya berpusat pada pembelajaran proses tetapi pada seluruh Aspek guru dalam menjalankan profesinya.

Keterlibatan guru adalah berkaitan erat dengan faktor internal guru dalam seluruh proses pendidikan yang dimiliki oleh seorang guru tingkat energi yang tinggi dan identifikasi yang kuat dari karyanya. Konsep ini dekat dengan konsep

keterlibatan secara umum. Keterlibatan dikonseptualisasikan sebagai investasi diri seseorang secara keseluruhan ke dalam sebuah peran sehingga dapat menjelaskan berbagai hubungan yang komprehensif dengan kinerjanya. Keterlibatan juga dapat berdampak positif oleh melebihi dampak negatif dari kelelahan kerja sehingga dapat meningkatkan kepuasan hidup dan kesejahteraan seseorang. Menjadi seseorang yang terlibat secara pribadi mampu mengekspresikan dirinya dan karyanya sehingga sementara bekerja mampu menampilkan diri secara utuh dan berperan aktif baik secara fisik, kognitif maupun secara emosional.

Dengan memeriksa konsep keterlibatan secara keseluruhan, maka guru perikatan yang sesuai untuk konteks di Indonesia adalah keterikatan yang tidak hanya terkait dengan proses pembelajaran.  Keberadaan guru di Indonesia sangat penting dalam meningkatkan kehidupan bangsa dengan melibatkan seluruh aspek spiritual, emosional,intelektual, fisik dan aspek lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba membangun konstruk baru tentang keterlibatan guru yang sesuai konteks Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode Neuroresearch, yaitu metode penelitian yang mensintesis kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian ini saja menerapkan tahap eksplorasi. Penelitian eksplorasi merupakan langkah kualitatif dimana penelitian neuroresearch dilakukan melalui literatur review dan kajian berbagai teori yang akan menghasilkan konstruk teoritis.Konstruksi adalah kesimpulan akhir dari sebuah variabel terinspirasi oleh jurnal penelitian, buku teks, teori, dan referensi lain yang dikontekstualisasikan kondisi populasi yang kesimpulan akhirnya adalah definisi konseptual, dimensi dan indikator.

Studi literatur tentang keterlibatan guru dengan konsep dasar keterlibatan dan pembelajaran di Konteks Indonesia menemukan beberapa temuan sebagai berikut: Keterlibatan adalah konsep dalam psikologi positif seseorang yang terlibat dengan pekerjaannya adalah seseorang yang menjalankan peran organisasinya secara optimal baik fisik, kognitif, emosional dan psikologis ditandai dengan energi tinggi di tempat kerja, dedikasi dan penyerapan. Berbagai masalah penelitian tentang psikologi positif menjadi fokus keterlibatan kerja adalah situasi kerja motivasi yang positif, memuaskan dan afektif .Yang positif Tujuan psikologi adalah untuk mengkatalisasi pergeseran fokus di bidang psikologi menuju pembangunan individu kualitas dengan cara yang positif. Intervensi dalam psikologi positif harus menargetkan individu dengan kurang terlibat karena ini berarti bahwa ada banyak potensi yang belum dikembangkan. Karena itu, guru keterlibatan juga termasuk dalam ranah psikologi positif. Keterlibatan adalah konsep dalam pendidikan positif dalam dunia pendidikan, guru yang terlibat akan berupaya menerapkan metode terbaik dan focus kemajuan siswa. Sedangkan pendidikan yang berupaya meningkatkan keterampilan dan kebahagiaan adalah bagian dari konsep pendidikan positif yang bersinergi antara pembelajaran dan emosi positif. Yang seperti itu Keterlibatan guru di Indonesia menjadi lebih komprehensif jika dimasukkan dalam konsep pendidikan positif.

Keterlibatan berkaitan dengan kinerja Sebuah studi tentang guru Belanda mencoba menguji model keterlibatan guru di mana sumber pekerjaan berada terkait dengan tingkat pekerjaan dan keterlibatan serta mampu memprediksi kinerja mereka setiap minggu dasar . Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan tidak dapat dilepaskan dari kinerja yang dihasilkan dan dimilikinya telah dibuktikan melalui berbagai penelitian yang menemukan bahwa terdapat pengaruh determinan engagement terhadap kinerja seseorang. Oleh karena itu kinerja menjadi salah satu faktor penting dalam pembentukan keterlibatan guru di Indonesia. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan berwibawa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, sejahtera, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Artinya bahwa setiap guru di Indonesia harus mengamalkan falsafah bangsa sebagai ciri budi pekerti bangsa, Bangsa Indonesia.

Selain itu, undang-undang tersebut juga menyebutkan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kompetensi, yaitu himpunan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dialami, dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas profesional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian kompetensi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberadaan guru di Indonesia turut menentukan mencerdaskan kehidupan bangsa menunjukkan adanya tiga hal mendasar yang harus dijiwai oleh guru di Indonesia, yaitu karakter kebangsaan yang tercermin melalui Pancasila, empat kompetensi dasar dan kebangsaan sikap terkait cinta tanah air agar senantiasa menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh santri di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dalam membangun konstruk keterikatan guru yang sesuai dengan konteks guru di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas Upaya Indonesia yang sangat menentukan mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi poros utama dalam penelitian ini yang ditangkap melalui Indeks Keterlibatan Guru Indonesia.  Keterlibatan didefinisikan sebagai mengintegrasikan kapasitas guru sebagai ‘pendidik-mentor profesional’ karakteristik bangsa Indonesia dengan memperhatikan aspek positif psikologi, pendidikan positif, kinerja guru,kompetensi guru, karakter bangsa dan jiwa nasionalisme.

Buku Bacaan

[1] Louis K S, and Smith B A 1991 Restructuring teacher engagement and school culture:
Perspective on school reform and the improvement of teacher’s work Educational Resources
Information Center.
[2] Borup J, Graham C R, and Drysdale J S 2014 The nature of teacher engagement at an online
high school British Journal of Educational Psychology 45(5) p 793–806.
[3] Basikin 2007 Vigor, dedication and absorption: Work engagement among secondary school
English teachers in Indonesia AARE International Conference, Perth, Australia, 27-28
November 2007 p 25–29.
[4] Cardwell M E 2011 Patterns of Relationships Between Teacher Engagement and Student
Engagement (Fisher Digital Publication).
[5] Rich B L, Lepine J A, and Crawford E R 2010 Job Engagement: antecents and effects on job
performance Academy of Management Journal 53(3) p 617–635.
[6] Chung N G, and Angeline T 2010 Does work engagement mediate the relationship between job
resources and job performance of employees ? African Journal of Business Management 4(9)
p 1837–1843.
[7] Hakanen J J, and Schaufeli W B 2012 Do burnout and work engagement predict depressive
symptoms and life satisfaction? A three-wave seven-year prospective study Journal of
Affective Disorders 141(2–3) p 415–424.
[8] Schaufeli W B 2012 Work engagement: what do we know and where do we go? Romanian
Journal of Applied Psychology 14(1) p 3.10.
[9] Kahn W A 1990 Psychological conditions of personal engagement and disengagement at work
The Academy of Management Journal 33.
[10] Undang Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
[11] Suparlan D, and Ed M 2005 Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat).
[12] Sujanto B 2009 Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru (Jakarta: Raih Asa Sukse).
[13] Fios F, Sasmoko, and Gea A A 2016 Neuro-Research Method: A Synthesis Between
Hermeneutics and Positivism Advanced Science Letters 22(9) p 2202–2206.
[14] Sasmoko, and Ying Y 2015 Construct Validity in NeuroResearch Advanced Science Letters
21(7) p 2438–2441.
[15] Sasmoko, and Anggriyani D 2016 Neuroresearch (A Model of Research Method). In A Khan,
M N A Ghafar, A R Hamdan, and R Talib (Eds.) Research on Educational Studies p 33–45
(New Delhi: Serial Publications PVT. LTD).
[16] Hu Q, Schaufeli W, Taris T, Hessen D, Hakanen J J, Salanova M, and Shimazu A 2014 East is
east and west is west and never the twain shall meet: Work engagement and workaholism
across Eastern and Western cultures Journal of Behavioral and Social Sciences 1(1) p 6–24.
[17] Shimazu A, Schaufeli W B, Kamiyama K, and Kawakami N 2014 Workaholism vs. Work
Engagement: the Two Different Predictors of Future Well-being and Performance
International Journal of Behavioral Medicine p 18–23.
[18] Bakker A B, Schaufeli W B, Leiter M P, and Taris T W 2008 Work engagement : An emerging
concept in occupational health psychology 22(3) p 187–200.
[19] Seligman M E P, and Csikszentmihalyi M 2000 Positive psychology: An introduction American Political Science Review 55(1) p 5–14.
[20] Ouweneel E, Blanc P M Le, and Schaufeli W B 2013 Do-it-yourself An online positive
psychology intervention to engagement at work Career Development International 18(2) p
173–195.
[21] McLaughlin M W, and Pfeifer R S 1986 Teacher evaluation: Learning for improvement and
accountability ERIC.
[22] Rutter R A, and Jacobson J D 1986 Facilitating Teacher Engagement Educational Research (3).
[23] Seligman M E P, Ernst R M, Gillham J, Reivich K, and Linkins M 2009 Positive education:
positive psychology and classroom interventions Oxford Review of Education 35(3) p 293–
311.
[24] Bakker A B, and Bal P M 2010 Weekly work engagement and performance: a study among
starting teachers Journal of Occupational and Organizational Psychology 83 p 189–206.
[25] Campbell J P, and Wiernik B M 2015 The Modeling and Assessment of Work Performance
Annual Review of Organizational Psychology and Organizational Behavior 2.
[26] Kusumawardani A, and Psikologi B 2004 Nasionalisme 61(2) p 61–72.
[27] Koopmans L, Bernaards C M, Hildebrandt V H, Schaufeli W B, de Vet Henrica C W, and van
der Beek A J 2011. Conceptual Frameworks of Individual Work Performance Journal of
Occupational and Environmental Medicine 53(8) p 856–866.

 

Prof.Dr. Ir Sasmoko, M.Pd