INDEKS KETERLIBATAN GURU INDONESIA: ANALISIS MODEL RASCH

Penelitian tentang keterlibatan guru telah berkembang sejak tahun 1970-an, menyajikan berbagai hasil, namun pada salah satu kesimpulan bahwa keterlibatan guru merupakan kondisi ideal guru yang memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan siswa. Guru yang terlibat dapat mempengaruhi keduanya secara positif perilaku dan pemikiran sehingga mencapai hasil yang dapat meningkatkan proses belajar mengajar. Guru keterlibatan mengacu pada kombinasi karakteristik guru, pengetahuan dan motivasi serta sifatnya. Partisipasi dalam profesi akan mendukung guru dalam membentuk keterlibatan guru.

Instrumen Indeks Keterlibatan Guru Indonesia (ITEI) disusun dengan mengacu pada konsep karakteristik yang harus dimiliki guru di Indonesia. ITEI dikembangkan menjadi 5 dimensi, Begitulah cara guru mampu menunjukkan psikologi positif, berperan aktif dalam membangun positif pendidikan, mampu menunjukkan kinerja yang baik, memiliki kompetensi yang mendukung, memiliki karakter bangsa sebagai ciri khas Indonesia dan mampu menunjukkan keterikatan kepemimpinan nasionalisme. Psikologi positif menunjukkan tingkat kesehatan mental dan kesejahteraan guru yang mampu dipahami pada tataran meta-psikologis karena berkaitan dengan potensi, motif dan kapasitas guru.

Psikologi positif meliputi kebijaksanaan dan pengetahuan, keberanian, kemanusiaan, keadilan, kesederhanaan dan transendensi. Pendidikan positif terbentuk bila guru mampu berkembang dan memiliki emosi positif, keterlibatan positif, pencapaian positif, tujuan positif, positif hubungan dan kesehatan positif. Ukuran kinerja guru dapat dilihat saat guru berada mampu memenuhi tuntutan tugas dan tanggung jawab sebagai guru (task performance), mampu menunjukkan perilaku efektif yang mendukung tugas pokok dan tanggung jawab sebagai guru (kinerja kontekstual ), meminimalkan perilaku tidak produktif dalam pekerjaan (Perilaku kontraproduktif) dan beradaptasi terampil dengan perubahan (kinerja adaptif).

Kompetensi guru di Indonesia terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Karakter bangsa yang harus dimiliki oleh para guru miliki mengacu pada ideologi dan dasar Negara.

Republik Indonesia yang bernama Pancasila terdiri dari karakter Ketuhanan, karakter Pembenaran dan Kemanusiaan yang Beradab, yang Karakter Persatuan Indonesia, Karakter Demokrasi yang Dipimpin oleh Hikmat dan Kearifan karakter Keadilan Sosial. Sedangkan kepemimpinan nasionalisme terbentuk dari kemampuan guru dalam mengidentifikasi diri mereka sebagai pendidik yang memiliki jiwa kepemimpinan yang mewakili kepentingan Indonesia secara keseluruhan membangun persepsi positif tidak hanya terhadap daerahnya tetapi juga Indonesia menunjukkan diri sebagai pendidik yang andal, menunjukkan kompetensi dalam mengelola peserta didik multi etnis, menjadi panutan dalam mengembangkan paradigma siswa dalam memandang daerahnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan memotivasi mahasiswa Indonesia untuk memajukan kepentingan nasional dan kreatif serta inovatif dalam penanganannya masalah dengan prinsip stabilitas nasional.

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1) Mengetahui validitas dan reliabilitas ITEIprofil instrumen untuk konteks Indonesia

2) menemukan kecenderungan keterlibatan guru dalam Indonesia.

Responden penelitian ini berjumlah 672 SD, SMP, SMA dan SMK guru sekolah yang tersebar di jawa. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan dalam rangka membangun instrumen Indeks Keterlibatan Guru Indonesia yang valid dan andal. Instrumen dibangun menggunakan salah satu tahapan dalam Neuroresearch, yaitu penelitian eksplorasi.

‘Bagaimana guru mampu menunjukkan kondisi psikologis yang positif (psikologi positif)?’ Dimensi ini dicirikan oleh enam indikator yang diwujudkan dalam 6 karakter kebijakan dan 24 karakter kekuatan. Seperti, 1) Kebijaksanaan dan Pengetahuan. 2) Keberanian, kekuatan emosional yang melibatkan keaslian, keberanian, ketekunan, dan semangat. 3)Kemanusiaan. 4) Keadilan. 5 ) Temperance. 6) Transendensi.

‘Bagaimana guru dapat berperan aktif dalam membangun pendidikan positif?’ Dimensi ini terdiri dari enam indikator, yaitu: 1) emosi positif. 2) keterlibatan positif. 3) pencapaian positif. 4) tujuan positif. 5) positif hubungan yang berkaitan dengan keterampilan sosial. 6) kesehatan yang positif.

‘Bagaimana guru dapat menunjukkan kinerja yang baik?’ Kinerja merupakan konsep multi-dimensi yang terdiri dari empat indikator, yaitu: 1) kinerja tugas. 2) konstektual kinerja. 3) perilaku kerja kontraproduktif. 4) kinerja adaptif.

‘Bagaimana guru memiliki kompetensi pendukung?’ Guru memiliki empat kompetensi utama yang harus dimiliki, yaitu: kompetensi pedagogik, sosial kompetensi, kompetensi pribadi dan kompetensi profesional.

‘Bagaimana guru memiliki karakter kebangsaan sebagai ciri khas bangsa Indonesia?’ Dimensi ini dilandasi oleh panca sila Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, maka dimensi ini terdiri dari lima indikator, yaitu: 1) Karakter Ketuhanan. 2) Adil dan Beradab Karakter Kemanusiaan. 3) Karakter Persatuan Indonesia. 4) Karakter Demokrasi Dipimpin oleh Kebijaksanaan dan 5) Karakter Keadilan Sosial.

‘Bagaimana guru dapat menunjukkan keterlibatan kepemimpinan nasionalisme?’. Dimensi yang dikembangkan terdiri dari tujuh indikator, antara lain, yaitu: 1) Mampu mengidentifikasi diri sebagai pendidik yang memiliki jiwa kepemimpinan yang mewakili kepentingan bangsa Indonesia. 2) Memiliki persepsi positif terhadap daerah serta Indonesia bahwa Bhinneka Tunggal Ika sebagai mesinnya sendiri untuk memperjuangkan keutuhan Indonesia. 3) Tunjukkan sebagai pendidik yang dapat dipercaya. 4) Memiliki kompetensi dalam mengelola mahasiswa multietnis; 5) Mampu menjadi contoh dalam mengembangkan paradigma mahasiswa dalam memandang daerahnya sebagai bagian integral dari Indonesia. 6) Mampu memotivasi siswa mengutamakan kepentingan nasional, Dan 7) Kreatif dan inovatif dalam menangani masalah yang berprinsip stabilitas nasional.

Instrumen ITEI dibuat dengan menggunakan peringkat Skala Likert dengan nilai skor 1) yang menunjukkan bahwa pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan kondisi yang dialami guru sehari-hari dan tidak pernah dilakukan semua, 2) menunjukkan bahwa pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kondisi yang dialami guru sehari-hari dan melakukannya sesekali, 3) menunjukkan bahwa pernyataan tersebut cukup menggambarkan kondisi yang mereka alami harian dan beberapa kali melakukannya dan 4) menunjukkan bahwa pernyataan tersebut sangat menggambarkan kondisi alami mereka setiap hari dan selalu lakukan.

Membangun validitas ITEI melalui validitas item instrumen dilakukan dengan analisis Rasch Model. Model Rasch adalah model yang dikembangkan oleh Dr. Georg Rasch pada tahun 1960. Model Rasch adalah model dari analisis perhitungan di mana parameter item dapat diestimasi secara independen dari karakteristik parameter kalibrasi sampel (Masters, 1982; Curtis & Boman, 2007; Lewandowski, Co-investigator, & Lewandowski, 2015). Model Rasch mampu menunjukkan respon kemerdekaan statistik dari sejumlah item.

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan dalam rangka membentuk Guru Bahasa Indonesia Instrumen Engagement Index yang pada akhirnya akan diuji dan diimplementasikan secara nasional untuk melihat kondisi guru di Indonesia. Meskipun analisis Model Rasch menghilangkan satu dimensi, yaitu Lima dimensi mampu menggambarkan kondisi keterlibatan guru. Guru berhubungan lekat dengan siswa, sekolah, dan masyarakat, sehingga karakter guru yang terlibat menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi kehidupan siswa. Pembentukan nilai yang dikembangkan di sekolah membawa karakter bangsa terwujud dalam tingkah laku dan kompetensi siswa miliki.

Berdasarkan hasil kedua jenis penelitian di atas maka instrumen ITEI layak untuk dimiliki digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur secara rasional keadaan keterlibatan guru untuk melengkapi profil guru diilustrasikan melalui Penilaian Kinerja Guru dan Kompetensi Guru Uji.

Buku Bacaan

[1] Rutter R A and Jacobson J D 1986 Facilitating Teacher Engagement Educ. Res.
[2] Burns A 2010 Teacher engagement in research: Published resources for teacher researchers
Books from regional locations Gregory Hadley (ed.). Action research in action, Singapore:
SEAMEO Regional Language Centre (2003). Pp. iv + 54. ISBN 9971-74-081-8. Gertrude
Tinker Lang. Teach. 43 pp 527–36
[3] Stanton K C 2011 Engineering Faculty Motivation for and Engagement in Formative
Assessment 171
[4] Gardee A and Brodie K 2015 A teacher’s engagement with learner errors in her Grade 9
mathematics classroom Pythagoras 36 pp 1–9
[5] Kathleen Travis Knowles 1999 THE EFFECT OF TEACHER ENGAGEMENT ON
STUDENT MOTIVATION AND ACHIEVEMENT Dep. Hum. Dev.
[6] Gable S L and Haidt J 2005 What (and Why) Is Positive Psychology? Rev. Gen. Psychol. 9 pp
103–10
[7] Koopmans L, Bernaards C M, Hildebrandt V H, Van Buuren S, Van der Beek A J and De Vet
H C W 2013 Development of an individual work performance questionnaire Int. J. Product.
Perform. Manag. 62 6–28
[8] Koopmans L, Bernaards C M, Hildebrandt V H, Schaufeli W B, de Vet Henrica C W and van
der Beek A J 2011 Conceptual Frameworks of Individual Work Performance J. Occup.
Environ. Med. 53 pp 856–66
[9] Darling-Hammond L 2000 How teacher education matters J. Teach. Educ. 51 pp 166–73
[10] Norrish J 2013 An applied framework for Positive Education Int. J. Wellbeing 3 147–61
[11] Alex Linley P, Joseph S, Harrington S and Wood A M 2006 Positive psychology: Past, present,
and (possible) future J. Posit. Psychol. 1 3–16 [12] King L A 2017 Why Positive Psychology Is Necessary pp 216–8
[13] Seligman M E P, Steen T A, Park N and Peterson C 2005 Positive psychology progress:
Empirical validation of interventions. Am. Psychol. 60 pp 410–21
[14] Seligman M E P, Ernst R M, Gillham J, Reivich K and Linkins M 2009 Positive education:
positive psychology and classroom interventions Oxford Rev. Educ. 35 pp 293–311
[15] Yusoff R Bin, Ali A and Khan A 2014 Assessing reliability and validity of job performance
scale among university teachers. J. Basic Appl. Sci. Res. 4 pp 35–41
[16] Anon 2005 Undang Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
[17] Kementerian Pendidikan Nasional D J P M P dan T K 2011 Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kinerja Guru
[18] Schildkraut D J 2005 The rise and fall of political engagement among latinos: The role of
identity and perceptions of discrimination Polit. Behav. 27 pp 285–312
[19] Bass B M, Avolio B J, Jung D I and Berson Y 2003 Predicting unit performance by assessing
transformational and transactional leadership. J. Appl. Psychol. 88 pp 207–18
[20] Susanto H 2013 Understanding of Regional History and Perception of Int. J. Hist. Educ. XIV
[21] Sasmoko; Ying Yi 2015 Construct Validity in NeuroResearch Adv. Sci. Lett. 21 pp 2438—41
[22] Rotundo M and Sackett P R 2002 The Relative Importance of Task, Citizenship and
Counterproductive Performance to Global Ratings of Job Performance: A Policy-Capturing
Approach J. Appl. Psychol. 87 pp 66–80
[23] Campbell J P and Wiernik B M 2015 The Modeling and Assessment of Work Performance 2
[24] Curtis D D and Boman P 2007 X-ray your data with Rasch Int. Educ. J. 8 249–59
[25] Lewandowski C M, Co-investigator N and Lewandowski C M 2015 Self-directed Learning
Oriented Assessments in the Asia-Pasific Eff. Br. mindfulness Interv. acute pain Exp. An
Exam. Individ. Differ. 1 pp 1689—99
[26] Masters G N 1982 A Rasch model for partial credit scoring Psychometrika 47 pp 149–74
[27] Sousa L B, Prieto G, Vilar M, Firmino H and Simões M R 2014 The Adults and Older Adults
Functional Assessment Inventory: A Rasch Model Analysis. Res. Aging 37 7pp 87–814
[28] Goh H E, Marais I and and Ireland Michael James 2015 A Rasch Model Analysis of the
Mindful Attention Awareness Scale Assessment pp 1–12
[29] Kim B S K and Hong S 2004 A Psychometric Revision of the Asian Values Scale Using the
Rasch Model Meas. Eval. Couns. Dev. 37 pp 15–27
[30] Karabatsos G 2001 The Rasch model, additive conjoint measurement, and new models of
probabilistic measurement theory. J. Appl. Meas. 2 pp 389–423
[31] Cardwell M E 2011 Patterns of Relationships Between Teacher Engagement and Student
Engagement Fish. Digit. Publ
[32] Basikin 2007 Vigor, dedication and absorption: Work engagement among secondary school
English teachers in Indonesia AARE Int. Conf. Perth, Aust. 27-28 Novemb. 2007 pp 25–9
[33] Boyd A C 2011 Washington State High School Science Teacher Engagement in and Motivation
for Formative Classroom Assessment 169

 

Prof.Dr. Ir Sasmoko, M.Pd