EKOLOGI SOSIAL BUDAYA JAKARTA: BERKELANJUTAN KONEP ARSITEKTUR DI LUNGKUNGAN PERKOTAAN

Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang memiliki keanekaragaman penduduk yang sama beragamnya dengan orang Indonesia nusantara yang terdiri dari berbagai suku budaya. Berbagai suku, budaya, dialek dan agama itu datang dari berbagai pelosok nusantara bahkan dari luar negeri berkumpul di kota ini. Sebagai Ibu Kota, Jakarta merupakan kota yang menyimpan budaya nasional sekaligus budaya Internasional. Sebagai kota metropolis, Jakarta harus mampu mengembangkan tata kelola kota yang menjamin keberlanjutan ekonomi, sosial, politik, keseimbangan lingkungan dan kualitas hidup.

Pertumbuhan Jakarta sebelum menjadi kota metropolitan didahului oleh masyarakat adat, budaya asli, dan karakter asli. Seiring dengan perkembangan jaman, Jakarta terus berlanjut tumbuh dan menjadi pemukiman yang tumbuh begitu luar biasa. Perubahan cepat terjadi saat Indonesia masuk era reformasi, di mana terdapat peluang bagi pemerintah dan sektor swasta untuk berpartisipasi pengembangan industri sehingga mentransformasi kota metropolitan menjadi lebih kreatif. Sebagai bangsa yang berbudaya, tidak mungkin suatu masyarakat memotong budaya masyarakat setempat karena Kearifan lokal juga menjadi kunci kemajuan daerah. Sehingga suatu daerah berkembang menjadi Kota metropolitan, ciri budaya harus tetap mewarnai produk budaya daerah yang bisa dimilikinya salah satunya diwujudkan melalui bangunan khas sebagai bentuk ekspansi kota yang pesat. Sebagai tambahan untuk kearifan lokal, kemajuan masyarakat, permukiman, dan bangunan juga harus diperhatikan berbagai aspek yang menjadi ciri budaya modern yaitu aspek ekologi dan aspek sosial. Berdasarkan upaya pelestarian lingkungan dan lingkungan yang berkelanjutan.

Jakarta kini diwarnai dengan perkembangan permukiman yang tumbuh di berbagai sudut ibu kota karena sebagai kota metropolitan Jakarta memiliki kota yang padat penduduk sehingga perlu pengembangan permukiman untuk memenuhi kebutuhan hunian di Jakarta. Struktur pinggiran kota Jakarta telah diubah menjadi aktivitas perkotaan sehingga menciptakan ruang pemisahan bersama yang mengubah pedesaan menjadi kecil pemukiman dan kemudian meningkatkan perkembangan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan. Perumahan pembangunan dilakukan oleh berbagai pengembang dengan niat baik untuk berinvestasi, memperoleh keuntungan dan bertemu kebutuhan masyarakat akan kenyamanan hunian yang modern dan ramah lingkungan.

Diperlukan pergeseran paradigma sebagai konsep dasar dalam pembangunan perumahan. Jika wilayahnya lebih kuat mengembangkan kearifan lokal sehingga pergeseran modernitas ditandai dengan kekuatan nilai-nilai budaya yang begitu kuat bahwa konsep hunian tetap mempertahankan ciri-ciri tradisi budaya lokal, kemudian terjadi pergeseran modernitas di kota-kota besar khususnya ibu kota lebih mengarah pada pergeseran budaya lokal ke internasional. Salah satu konsep permukiman yang cocok di Jakarta harus bisa bersinergi dengan masyarakat semua infrastrukturnya dengan harmoni sosial, keselarasan dengan budaya lokal, nasional dan internasional juga selaras dengan lingkungan. Analisis kesesuaian lahan juga diperlukan sebagai dasar untuk pengembangan konsep pemukiman ini. Dengan demikian, konsep green settlement merupakan produk akhir dari hunian pembangunan di Jakarta. Fenomena ini membuat Jakarta mampu menjadi representasi dari pergeseran Pemukiman yang bertumpu pada budaya lokal hingga budaya modern yang dalam penelitian ini disebut Sosial budaya ekologi. Dalam penelitian ini makna Jakarta sosio-kultural-ekologi adalah konsep arsitektur berkelanjutan di permukiman perkotaan Jakarta itu mengutamakan aspek sosial,memperhatikan kearifan budaya lokal dan memperhatikan lingkungan kapasitas muatan.

Konsep ekologi sosial budaya Jakarta difokuskan pada komplek hunian tempat hunian pembangunan adalah salah satu perkembangan tercepat di Jakarta. Dimensi ini dicirikan dengan beberapa indikator dalam mengembangkan pengembang hunian dengan menggunakan bahan yang bersumber dari kearifan lokal, merancang konstruksi bangunan berdasarkan ekspresi keterampilan lokal, berbasis adaptasi pada karakteristik bangunan tua serta mempertahankan skala dan tipologi aslinya bangunan. Namun, dalam masyarakat majemuk ini, tidak ada anggapan bahwa kelompok masyarakat seharusnya diserap dan diasimilasi oleh kelompok lain sehingga budaya dipandang tidak saling menguntungkan arah. Pemukiman dibangun dengan menghubungkan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Jakarta. Dimensi ini ditandai dengan indikator bagaimana mempertahankan campuran spasial yang ada untuk hidup, perdagangan dan kegiatan sosial serta mengedepankan ruang publik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Neuro, yang merupakan salah satu metode penelitian metode campuran sebagai campuran metode penelitian antara penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Analisa hingga teori konstruksi penemuan ekologi sosial budaya Jakarta sebagai sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jakarta. Konstruksi teoritis adalah kesimpulan akhir dari kajian teoritis variabel “ekologi sosial budaya Jakarta” sebagai sarana peningkatan mutu kehidupan masyarakat Jakarta, Hasil penelitian eksplorasi ini berupa definisi konseptual, dimensi dan indikator.

Populasi penelitian serta unit analisis adalah seluruh pemukiman di Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling yaitu dengan Multistage Sampling. eknik pengumpulan data dengan rating lembaran diberi peringkat skala 1 sampai dengan 5 sebanyak 50 butir.Lembar penilaian ekologi sosial budaya Jakarta dilakukan dengan 2 tahap melalui validitas isi penilaian ahli.

Instrumen awal variabel ekologi sosial budaya Jakarta menggunakan 50 item yang tersebar 3 dimensi dan 8 indikator.
Perhitungan Iterasi ortogonal kedua menghasilkan 25 butir butir valid, namun masih ada yang gugur item. Perhitungan Iterasi Orthogonal ketiga menghasilkan 24 item grain yang valid, tetapi ada masih menjatuhkan barang. Perhitungan Orthogonal Iteration kelima menghasilkan 22 item valid biji-bijian, dan semua item valid pada saat yang sama dan setidaknya semua indikator dan dimensi terwakili satu benda. Maka, instrumen (lembar penilaian) variabel ekologi sosial budaya Jakarta dapat dikatakan sebagai “instrumen yang valid” dengan hanya 22 item dengan Indeks Reliabilitas 0,948.

Hasil Penelitian 1: Penelitian eksplorasi kondisi sosial budaya ekologi Jakarta Studi penelitian neuro tentang perumahan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jakarta. Hasil dari penelitian ini adalah menghasilkan konstruksi yang relevan dengan kondisi perumahan di Jakarta yang kemudian disebut ekologi sosial budaya Jakarta. Hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian eksplorasi yaitu berbagai studi pustaka untuk menemukan bahwa yang dimaksud dengan ekologi sosial budaya Jakarta adalah penataan kontekstual dengan kondisi Jakarta yang mencerminkan dan mengekspresikan budaya asli, wujudnya Bangunannya senantiasa berhubungan dengan aktivitas sosial dan arsitekturnya menjaga nilai-nilai nilai warisan yang ada.

Hasil Riset 2 (Explanatory Research) Tahapan penjelasan menghasilkan analisis analisis terhadap 6 (enam) hipotesis yang diajukan, yaitu:

Hipotesis 1: Bagaimana trend kondisi ekologi sosial budaya permukiman Jakarta kompleks?

Hipotesis 2: Bagaimana kecenderungan kondisi kompleks permukiman Jakarta dalam mencerminkan dan mengekspresikan budaya asli?

Hipotesis 3: Bagaimana kecenderungan kondisi kompleks Permukiman Jakarta terkait dengan bentuknya yang dibangun dengan mengaitkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat Jakarta?

Hipotesis 4: Bagaimana Kecenderungan Kondisi Kompleks Permukiman Jakarta dalam Pemeliharaannya Bangunan dengan Nilai Warisan?

Hipotesis 5: Permukiman yang mencerminkan dan mengekspresikan budaya Pribumi sangat penting untuk direalisasikan ekologi sosial budaya di Kompleks Pemukiman di Jakarta.

Hipotesis 6: Adakah Perbedaan Kondisi Sosial Budaya-Ekologi di Kompleks Permukiman PT Jakarta.

Ekologi sosial budaya Jakarta merupakan konsep permukiman kontekstual dengan kondisi Jakarta itu mencerminkan dan mengekspresikan budaya asli,bentuk bangunan selalu berhubungan dengan sosial aktivitas dan arsitekturnya mempertahankan nilai-nilai warisan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komplek perumahan di Jakarta cenderung berbentuk bangunan sudah jadi terkait sepenuhnya dengan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Jakarta tetapi cenderung sesekali dipertahankan bangunan dengan nilai warisan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk merangkul fenomena perumahan yang semakin pesat dengan berbagai aturan pengelolaan yang konsisten mampu mewujudkan Jakarta sebagai kota yang memiliki karakteristik ekologi sosial budaya Jakarta.

Buku Bacaan

[1] Susilo Y O and Joewono T B 2007 A reflection of motorization and public transport in Jakarta
metropolitan area: Lessons learned and future implications towards better transportation
development in developing countries Proceedings of the Eastern Asia Society for
Transportation Studies 6

[2] Steinberg F 2007 Jakarta: Environmental problems and sustainability Habitat International
31 354–365

[3] Hudalah D and Firman T 2012 Beyond property: Industrial estates and post-
suburban transformation in Jakarta metropolitan region Cities 29 1 40–48

[4] Agustiananda P A P 2012 Urban Heritage Conservation in Surakarta, Indonesia Scenarios and
Strategies for the Future,” Int. J. Civ. Environ. Eng. IJCEE-IJENS 12 2 28–35

[5] Lussetyowati T 2015 Preservation and conservation through cultural heritage tourism.
Case study: Musi riverside Palembang,” Procedia – Social Behaviour Science 184 401–
406

[6] Hakim I and Parolin B 2009 Spatial structure and spatial impacts of the Jakarta
metropolitan area : a Southeast Asian EMR perspective International Journal Human
Social Science 4 6 397–405

[7] Zhu J and Simarmata H A 2014 Formal land rights versus informal land rights : Governance
for sustainable urbanization in the Jakarta metropolitan region …Land use policy 43 63–73

[8] Winarso H, Hudalah D and Firman T 2015 Pen-urban transformation in the Jakarta
metropolitan area Habitat International 49 221–229

[9] Firman T 2009 The continuity and change in mega- urbanization in Indonesia: a Survey
of Jakarta – Bandung Region (JBR) development Habitat International 33 327–339

[10] Widiatmaka, Ambarwulan W and Sudarsono 2016 Spatial multi-criteria decision making
for delineating agricultural land in Jakarta metropolitan area’s hinterland: Case study of
Bogor regency, West Jawa AGRIVITA Journal Agriculture Science 38 2 105–115

[11] Berry J W 2011 Integration and multiculturalism: Ways towards social solidarity Pap.
Social. Represent 20 1–21

[12] Douglass M and Huang L 2007 Globalizing the city in Southeast Asia: Utopia on the urban edge
– the case of Phu My Hung, Saigon IJAPS 3 2 1–42

[13] Fios F Sasmoko and Gea A A 2016 Neuro-Research method: a Synthesis between
hermeneutics and positivism Advanced Science Lett 22 9 2202–2206

[14] Sasmoko and Ying Y 2015 Construct validity in Neuro Research Advanced Science Lett 21 7
2438–2441

[15] Sasmoko and Anggriyani D 2016 Neuroresearch (A Model of Research Method) in Research on
Educational Studies 2016th ed Khan A, Ghafar M N A, Hamdan A R, and Talib R Eds. New
Delhi: Serial Publications PVT. LTD 33–45

[16] Onwuegbuzie A J and Collins K M T 2007 A typology of mixed methods sampling designs in
social science research 12 2 281–316

[17] Acharya A S, Prakash A, Saxena P and Nigam A 2013 Sampling: why and how of it? Indian
Journal Med. Spec 4 2

[18] Palinkas J P, Horwitz L A, Green S M, Wisdom C A and Duan K N and Hoagwood 2013
Purposeful sampling for qualitative data collection and analysis in mixed method
implementation research purposeful sampling for qualitative data collection and analysis
Springer Science Bus. Media November 1–13

[19] Hook M and Stehn L 2008 Lean principles in industrialized housing production: the need for a
cultural change Lean Construction Journal 20–33

 

Prof.Dr. Ir Sasmoko, M.Pd