MODEL GURU BERBASIS BUKTI KETERLIBATAN DI INDONESIA: INDONESIA INDEKS KETERLIBATAN GURU (ITEI)

Dalam menyambut abad ke-21 Pemerintah Inonesia dan Pemangku kepentingannya berusaha untuk memenuhi tuntutan profesionalisme dari guru abad ke-21. Guru sebagai ujung tombak pendidikan menjadi titik fokus berhasil tidaknya lembaga pendidikan, sehingga perlu ada upaya proaktif dari pembuat kebijakan mengembangkan pendidikan manajemen praktis untuk setiap pemangku kepentingan

Transformasi pendidikan diperlukan untuk pembangunan guru kualitas sehingga pengetahuan, pemerataan, dan prestasi siswa dapat meningkat .Transformasi pendidikan adalah dilakukan oleh pemerintah melalui sertifikasi sebagai langkah strategis bertujuan untuk menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran, sebagai sekaligus meningkatkan proses dan kualitas pendidikan, guru martabat dan profesionalisme guru.

Transformasi pendidikan akan optimal bila guru juga ingin terlibat langsung dalam mengejar perubahan ini; karena itu, diperlukan pendekatan baru bagi para guru, sehingga mereka dapat melakukan membentuk penilaian diagnostik diri untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas tentang kapasitas mereka sebagai guru, pendidik profesional dan bahasa Indonesia. Satupenilaian tersebut adalah Indeks Keterlibatan Guru Indonesia(ITEI). Dengan melakukan penilaian diagnostik diri ini, guru dapat mengidentifikasi aspek praktik mereka yang harus ditangani untuk meningkatkan kualitas guru Indonesia secara keseluruhan. ITEI lahir dari konsep engagement yang diuraikan kondisi di mana seseorang terlibat penuh dalam profesinya yang ditandai dengan aktivitas tinggi, inisiatif, dan tanggung jawab sehingga mereka merasa puas dan semangat dalam mengerjakan pekerjaan

Keterlibatan adalah keterlibatan penuh dan antusias dari a orang, di mana dia berkomitmen, berdedikasi, dan setia institusi, pemberi kerja, dan rekan kerja. Istilah keterlibatan digunakan di berbagai bidang, termasuk pendidikan; dalam konteks pendidikan, ada siswa keterlibatan, keterlibatan orang tua, keterlibatan guru dan sekolah keterikatan. Penelitian ini berfokus pada konsep keterlibatan menjadi guru, karena guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan pendidikan. Keterlibatan guru menjadi kunci upaya sinergis tercapainya prestasi belajar siswa sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan. Keterlibatan guru ditunjukkan melalui tinggi energi dan identifikasi yang kuat dari seseorang untuk pekerjaannya. Keterlibatan ini memengaruhi kehidupan siswa dan ditunjukkan melalui Antusiasme guru saat mengajar, kesadaran siswa keberhasilan penyok, pemahaman tentang bahan ajar, dan kebanggaan atas pekerjaannya sehingga dapat menanamkan optimisme kepada siswa.

Konsep keterlibatan guru telah dinilai sejak 1986. Sebuah studi menemukan bahwa tingginya komitmen dan minat guru siasm (keterlibatan) adalah penentu penting kesuksesan dalam sekolah karena mereka memiliki implikasi penting bagi pembelajaran perilaku siswa/I dan akhirnya memberikan pendidikan yang berkualitas. Namun, merekrut guru yang energik juga bukanlah jawabannya untuk mendapatkan guru yang terlibat terutama saat ada kondisi tempat kerja memberikan sedikit kesempatan bagi guru untuk memanfaatkan keterampilan mereka, mencapai kesuksesan dan mendapatkan pengakuan, alah satu prasyarat yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai level Prestasi tinggi adalah keterlibatan guru. Meskipun kurikulum, dan teknologi dapat menjadi sarana untuk membantu siswa, keterlibatan guru itu yang terbaik untuk mereka.

Penelitian ini menggunakan metode Neuroresearch tetapi hanya sampai mantan tahap pelapisan. Tahap eksplorasi pertama adalah dilakukan dengan meninjau jurnal yang terkait dengan keterlibatan guru. Itu Tahap eksplorasi kedua dilakukan dengan merumuskan dimensi yang dianggap mampu menggambarkan kondisi engagement guru dengan konteks budaya Indonesia. Formulasi ini adalah dasar validasi konten melalui FGD dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian, mencoba Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebelum akhirnya diselesaikan menjadi instrumen standar.

Model Indeks Keterlibatan Guru Indonesia sebagai hasil dari studi tersebut dijelaskan sebagai berikut: Hubungan enam dimensi menunjukkan bahwa seorang guru yang terlibat harus dapat menunjukkan keadaan psikologis yang berharga karena itu dianggap memiliki kehidupan yang otentik dan bermakna. Guru yang terlibat juga harus menjadi agen perubahan yang mampu mewariskan semangat nasionalisme yang mengedepankan kepentingan antar bangsa melebihi kepentingan pribadi dan kelompok. Guru bahasa indonesia yang mengikutsertakan juga harus mengedepankan nilai Pancasila sebagai bangsa filsafat. Dan guru yang terlibat harus memiliki kompetensi dasar standar yang menjadi tolok ukur dalam melaksanakan program pembelajaran.

Keterlibatan guru di Indonesia sangat penting karena Guru merupakan aset penting dalam konteks pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menyusun Guru Bahasa Indonesia Instrumen Engagement Index (ITEI) dalam konteks Indonesia oleh mempertimbangkan beberapa aspek. Aspek psikologi positif adalah dianggap karena konsep keterlibatan merupakan bagian yang psikologi positif , yang menekankan kekuatan dan kebahagiaan seseorang. Orang yang terlibat dengan pekerjaan harus merasa bahagia dan merasa semakin kuat, Psikologi positif erat kaitannya dengan pendidikan positif dimana prinsip psikologi positif berkaitan dengan kesehatan mental positif dan fungsi adaptif.

Konsep keterlibatan juga tidak lepas dari konsep guru kinerja. Kinerja guru merupakan nilai tambah yang penting bagi seorang guru sebagai satu kesatuan dari tolok ukur kualitas guru . Dalam konteks Indonesia, guru mempunyai tugas utama mendidik ing, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pelajar. Zasi yang memiliki kewenangan untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesional guru.

Guru diharuskan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi cies, sertifikat pendidik, kesehatan fisik dan mental, dan kemampuan dia untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  Kompetisi guru kompetensi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesional, palagi menjadi guru di Indonesia harus memiliki karakter bangsa yang berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai landasan negara memiliki lima sila yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Demokrasi yang Dipimpin oleh Kebijaksanaan dalam Kebijakan Musyawarah dan Keterwakilan dan Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Lima pra- Konsep-konsep tersebut menjadi dasar pembentukan karakter bangsa diserap dan diimplementasikan terlebih dahulu dalam profesinya sebagai guru. Seorang guru juga harus menunjukkan kepemimpinan yang bisa diikuti oleh para siswa. Sebagai pemimpin yang baik, guru juga harus merangkul semangat nasionalisme. Sikap nasionalisme sangat penting karena menunjukkan sikap mencintai tanah air dan bangsa, ikut serta dalam perkembangannya, menegakkan hukum, menegakkan keadilan sosial, dan memanfaatkan sumber daya, serta masa depan-berorientasi, berprestasi, mandiri dan bertanggung jawab dengan hormat untuk diri sendiri dan orang lain, dan siap bersaing dengan bangsa lain dan terlibat dalam kerjasama internasional.

Studi tentang berbagai aspek ini memudahkan orang Indonesia Instrumen Indeks Keterlibatan Guru sebagai alat ukur untuk mendeteksi keterlibatan guru dalam konteks Indonesia. Indeks Keterlibatan Guru Indonesia disusun untuk menyusun melengkapi instrumen yang digunakan oleh pemerintah Indonesia di mengembangkan kapasitas guru melalui Penilaian Kinerja dan Uji Kompetensi Guru. Dengan diagnosis guru, maka kondisi tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sinergi antar guru, pelajar, sekolah, dan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan potensi negara dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Buku Bacaan

[1] Darling-Hammond L (2010), Teacher Education and the American Future. Journal of Teacher Education 61(1–2), 35–47. https://doi.org/10.1177/0022487109348024

[2] Heck RH, & Hallinger P (2005), The Study of Educational Leadership and Management: Where Does the Field Stand Today? Educational Management Administration & Leadership 33(2),

[26] Basikin (27-28 November 2007), Vigor, dedication and absorption: Work engagement among secondary school English teachers in Indonesia. AARE International Conference, Perth, Australia, 25–29

[27] Alex Linley P, Joseph S, Harrington S, & Wood AM (2006), Positive psychology: Past, present, and (possible) future. The Journal of Positive Psychology 1(1) 3–16. https://doi.org/10.1080/17439760500372796.

[28] Gable SL, & Haidt J (2005), What (and Why) Is Positive Psychology? Review of General Psychology 9(2), 103–110. https://doi.org/10.1037/1089-2680.9.2.103 [29]

[29] King LA (2017), Why Positive Psychology Is Necessary, (April 2001), 216–218. https://doi.org/10.1037/0003-066X.56.3.216 [30]

[30] Seligman MEP, Steen TA, Park N & Peterson C (2005), Positive psychology progress: Empirical validation of interventions. The American Psychologist 60(5), 410–21. https://doi.org/10.1037/0003-066X.60.5.410

[31] Norrish J (2013), An applied framework for Positive Education. International Journal of Wellbeing 3(2), 147–161. https://doi.org/10.5502/ijw.v3i2.2

[32] Campbell CH, Ford P, Rumsey MG, & Pulakos ED (1990), Development of Multiple Job Perfromance Measures in a Representative Sample of Jobs. Personnel Psychology 43, 200–277.

[33] Rotundo M. & Sackett PR (2002), The Relative Importance of Task, Citizenship and Counterproductive Performance to Global Ratings of Job Performance: A Policy-Capturing Approach. Journal of Applied Psychology 87(1), 66–80

[34] Guarino CM, Reckase MD, & Wooldridge JM (2015), Can Value- Added Measures of Teacher Performance Be Trusted? Education Finance and Policy 10(1), 117–156. https://doi.org/10.1162/EDFP_a_00153

[35] Owens BP, Baker WE, Sumpter DM & Cameron KS. (2015). Relational energy at work: implications for job engagement and job performance. Journal of Applied Psychology, 101(1), 1–15. https://doi.org/10.1037/apl0000032

[36] Schaufeli WB, Salanova M, Gonzalez-Roma V & Bakker AB (2002), the Measurement of Engagement and Burnout: a Two Sample Confirmatory Factor Analytic Approach. Journal of Happiness Studies, 3, 71–92.

[37] Yusoff R, Bin Ali A & Khan A (2014), Assessing reliability and validity of job performance scale among university teachers. Journal of Basic and Applied Scientific Research 4(1), 35–41.

[38] Law of the Republic of Indonesia (2005). Teachers and Lecturers No 14, 2005.

[39] Sudaryanti D, Sukoharsono EG, Baridwan Z & Mulawarman AD (2015), Critical Analysis on Accounting Information Based On Pancasila Value. Procedia – Social and Behavioral Sciences 172, 533–539. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.399.

[40] Kusumawardani,A. (2004). Faturochman.(2004). Nasionalisme. Buletin Psikologi Universitas Gadjah Mada, 12(2), 61-72.

[41] Alshemmeri, F., Putih, A., Siraj, S., Khan, A., Abdallah, N. (2011). Art Ability and Academic Achievement in the Kingdom of Saudi Arabia: Role of Age and Sex. New Educational Review, 26 (4), 238-247.

[42] Khan, A. (2012). Sex Differences’ in Educational Encouragement and Academic Achievement. Psychological Reports 111 (1), 149- 155.

[43] Bernardo, A. B. I., Salanga, M. G. C., Tjipto, S., Hutapea, B., Yeung, S. S., & Khan, A. (2016). Cross Cultural Research, 50 (3), 231–250.

[44] Janssens, H., Verkuyten, M. & Khan, A. (2015). Asian Journal of Social Psychology, 18(1), 52-61

[45] Khan, A. (2013). Predictors of Positive Psychological Strengths and Subjective Well-being among North Indian Adolescents: Role of Mentoring and Educational Encouragement. Social Indicators Research, 114, 3, 1285-1293

[46] Mohd Tahir, L., Khan, A., Musah, M.B., Ahmad, R., Daud, K., Al- Hudawi, S.H.V., Musta’Amal @ Jamal, A.H., & Talib, R. (2018). Community Mental Health Journal. doi.org/10.1007/s10597-017- 0206-8

[47] Khan, A & Husain, A. (2010). Social Support as a Moderator of Positive Psychological Strengths and Subjective Well-Being. Psychological Reports, 106, 534-538.

[48] Khan, A., Shin, L.P., Hishan, S.S., Mustaffa, M.S., Madihie, A., & Sabil, S. (2018). Effect of personality traits and learning styles towards students’ academic achievement in Johor Bahru.  International Journal of Engineering & Technology, 7 (2.10), 4-9. 229–244. https://doi.org/10.1177/1741143205051055

[3] Azam M & Kingdon G (2014), Assessing Teacher Quality.

[4] Darling-Hammond L (2006), Constructing 21st-Century Teacher Education. Journal of Teacher Education 57(3), 300–314. https://doi.org/10.1177/0022487105285962

[5] Suparlan D & Ed M (2005), Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat, Cet. I.

[6] Sujanto B (2009), Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru. Jakarta: Raih Asa Sukse.

[7] Dvir T, Eden D, Avolio BJ, & Shamir B (2002), Impact of transformational leadership on follower development and performance: A field experiment. Academy of Management Journal 45(4), 735–744. https://doi.org/10.2307/3069307

[8] Harter JK, Schmidt FL, & Hayes TL (2002), Business-unit-level relationship between employee satisfaction, employee engagement, and business outcomes: A meta-analysis. Journal of Applied Psychology 87(2), 268–279. https://doi.org/10.1037//0021- 9010.87.2.268

[9] Kahn WA (1990), Psychological Conditions of Personal Engagement and Disengagement at Work. The Academy of Management Journal 33(4), 692. https://doi.org/10.2307/256287

[10] Schaufeli WB (2012), Work engagement: what do we know and where do we go? Romanian Journal of Applied Psychology 14(1), 3.10. https://doi.org/10.1177/0011000002301006

[11] Hakanen JJ, & Schaufeli WB (2012), Do burnout and work engagement predict depressive symptoms and life satisfaction? A three-wave seven-year prospective study. Journal of Affective Disorders 141(2–3), 415–424. https://doi.org/10.1016/j.jad.2012.02.043

[12] Hu Q, Schaufeli W, Taris T, Hessen D, Hakanen JJ, Salanova M, & Shimazu A (2014), East is east and west is west and never the twain shall meet: Work engagement and workaholism across Eastern and Western cultures. Journal of Behavioral and Social Sciences 1(1), 6–24. https://doi.org/10.1126/science.346.6216.1569-d

[13] Shimazu A, Schaufeli WB, Kamiyama K & Kawakami N (2014), Workaholism vs. Work Engagement: the Two Different Predictors of Future Well-being and Performance. International Journal of Behavioral Medicine 18–23. https://doi.org/10.1007/s12529-014- 9410-x

[14] Vecina ML, Chacón F, Sueiro M & Barrón A (2012), Volunteer Engagement: Does Engagement Predict the Degree of Satisfaction among New Volunteers and the Commitment of Those who have been Active Longer? Applied Psychology 61(1), 130–148. https://doi.org/10.1111/j.1464-0597.2011.00460.x

[15] Beairsto B (2012), Teacher Engagement.

[16] Klassen R, Yerdelen S, & Durksen T (2013), Measuring Teacher Engagement: Development of the Engaged Teachers Scale ( ETS ). Frontline Learning Research 2, 33–52. Retrieved from http://journals.sfu.ca/flr/flr/index.php/journal/article/view/44

[17] Rutter RA & Jacobson JD (1986), Facilitating Teacher Engagement. Educational Research, (3).

[18] Carnegie Forum on Education Profession (May 1986), A Nation Prepared: Teachers for the 21st Century: the Report of the Task Force on Teaching as a Profession, Carnegie Forum on Education and the Economy.

[19] McLaughlin MW, & Pfeifer RS (1986), Teacher evaluation: Learning for improvement and accountability. ERIC.

[20] Rosenholtz SJ, Bassler O, & Hoover-Dempsey K (1986), Organizational conditions of teacher learning. Teaching and Teacher Education, 2(2), 91–104. https://doi.org/10.1016/0742- 051X(86)90008-9

[21] Skinner E, Furrer C, Marchand G & Kindermann T (2008), Engagement and disaffection in the classroom: Part of a larger motivational dynamic? Journal of Educational Psychology 100(4), 765–781. https://doi.org/10.1037/a0012840

[22] Cardwell ME (2011), Patterns of Relationships Between Teacher Engagement and Student Engagement. Fisher Digital Publication.

[23] Fios F, Sasmoko, & Gea AA (2016), Neuro-Research Method: A Synthesis Between Hermeneutics and Positivism. Advanced Science Letters 22(9), 2202–2206. https://doi.org/10.1166/asl.2016.7565

[24] Sasmoko, Ying Y (2015), Construct Validity in NeuroResearch. Advanced Science Letters, 21(7), 2438–2441. https://doi.org/10.1166/asl.2015.6301

[25] Sasmoko & Anggriyani D (2016), Neuroresearch (A Model of Research Method). In A. Khan MNA, Ghafar AR, Hamdan & R Talib (Eds.), Research on Educational Studies (2016th ed., 33–45). New Delhi: Serial Publications PVT. LTD.

 

 

 

 

Prof.Dr. Ir Sasmoko, M.Pd