INDEKS KETERLIBATAN GURU INDONESIA (ITEI): SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENDIDIKAN

Memasuki era abad 21, tuntutan semakin tinggi standar pendidikan yang pada akhirnya semua mendidik sumber daya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang penting bagi siswa sehingga permintaan akan guru semakin meningkat. Oleh karena itu, pengembangan guru sangat diperhatikan penting dan saat ini pemerintah Indonesia sedang berusaha meningkatkan berbagai program dalam rangka meningkatkan kualitas guru melalui penilaian kinerja, uji kompetensi dan berbagai program lainnya.

Indeks Keterlibatan Guru Indonesia (ITEI) adalah instrumen yang dikembangkan untuk melihat keterlibatan guru kondisi yang mengacu pada lima dimensi yaitu bagaimana guru mampu menunjukkan kondisi psikologis yang positif, berperan aktif dalam membangun pendidikan yang positif, mampu Tunjukkan kinerja yang baik, Bersikaplah suportif kompetensi, berkarakter nasional sebagai ciri khas Indonesia dan mampu menunjukkan kepemimpinan nasionalisme Keterikatan. Hasil diagnosa diri guru dapat menggambarkan profil yang dapat digunakan pemerintah untuk mengembangkan yang sesuai program dan kebijakan seperti yang dipersyaratkan oleh guru dan relevan dengan pendidikan di Indonesia. Implementasi ITEI dilakukan oleh memanfaatkan teknologi yang memungkinkan konten berkontribusi secara langsung dalam skala yang lebih luas. mengacu pada konsep self-diagnostic, ITEI dikembangkan dengan tujuan menjadi sistem pendukung keputusan pemerintah pusat untuk daerah di bidang pendidikan.

Penelitian ini berfokus pada Instrumen yang valid dan reliabel isi Sistem Pendukung Keputusan, Keputusan yang valid dan reliabel Desain Sistem Pendukung. Sistem pendukung keputusan adalah area dari disiplin sistem informasi yang berfokus pada upaya mendukung dan meningkatkan keputusan manajerial. Konsep ini telah dikembangkan dalam berbagai bidang ilmu dan terbukti mampu memberikan sistem pendukung keputusan yang efektif kepada berbagai kebijakan public.

Penelitian ini menggunakan metode Neuro-research, metode campuran yang menggabungkan penelitian kualitatif dengan penelitian eksplorasi tahapan dan penelitian kuantitatif dengan penelitian eksplanatori dan penelitian konfirmatori. Penelitian ini menggunakan metode Neuroresearch tetapi hanya sampai tahap eksplorasi dan penjelasan. Tahap konfirmasi tidaktermasuk karena sifat penelitian ini masih sampai dengan validitas instrumen dan pembentukan diri sistem diagnostik sebagai sistem pendukung keputusan penyelidikan.

Tahapan penelitian dilakukan untuk mengetahui konstruk ITEI instrumen teoritis dengan dimensi dan indikator yang mampu mengukur kondisi keterlibatan guru di sesuai dengan konteks Indonesia. Penelitian pada tahap ini dilakukan dengan focus group discussion (FGD) yaitu persetujuan teoritis dan instrumen ITEI dengan melibatkan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) sebagai nara sumber penyiapan instrumen. Teknik yang digunakan adalah RASCH MODEL dan indeks reliabilitas. Model Rasch merupakan model analisis perhitungan dimana item tersebut parameter dapat diperkirakan secara independen dari karakteristik parameter kalibrasi sampel.

Dalam menentukan item instrumen yang valid atau drop through MODEL RASCH, diatur berdasarkan nilai pakaian Mean Square (MNSQ), Standardized fit Statistic (ZSTD) dan Point Measure Nilai Korelasi (Pt Mean Corr). Pilihan valid dan drop adalah berdasarkan kategori “Barang dalam kondisi baik dan tidak membutuhkan pernyataan pernyataan perbaikanNilai MNSQ ini mampu menentukan seberapa baik setiap item berkontribusi untuk mendefinisikan konstruksi umum. Tahap penelitian penjelasan adalah untuk mengimplementasikan ITEI instrumen hasil penelitian eksplorasi ke dalam desain ITEI sebagai Sistem Pendukung Keputusan (self-diagnostic ITEI). Jalan melalui FGD.

Perancangan basis data dibangun dengan membangun bundel kuesioner yang terdiri dari dimensi kuesioner, indikator kuesioner dan pertanyaan kuesioner. Bundel kuisioner terhubung dengan pengguna Kemendikbud, maka secara otomatis guru yang akan mengisi angket tidak perlu mengisi identitas karena sudah terisi otomatis sesuai dengan data di Kemendikbud.

Dimensi Psikologi Positif memiliki 6 indikator yaitu:

1.Kebijaksanaan dan Pengetahuan, kekuatan kognitif yang mensyaratkanakuisisi dan penggunaan pengetahuan yang terdiri dari kreativitas,rasa ingin tahu, pikiran terbuka, cinta belajar dan perspektif, 2. Keberanian, kekuatan emosional yang terdiri dari keaslian,keberanian, ketekunan dan semangat, 3. Kemanusiaan, sebuah interpersonalkekuatan yang melibatkan (merawat dan berteman) orang lainterdiri dari kebaikan, cinta dan kecerdasan sosial, 4. Keadilan,kekuatan sipil yang mendasari kehidupan masyarakat yang sehat terdiri dari keadilan, kepemimpinan dan kerja tim, 5. Temperance, merupakan kekuatan yang melindungi dari kelebihan yang terdiritentang pengampunan, kesopanan, kehati-hatian, pengaturan diri Dan 6. Transendensi, kekuatan yang menempa koneksi ke yang lebih besaralam semesta dan memberikan makna yang terdiri dari apresiasikecantikan dan kesempurnaan, syukur, harapan, humor dan kereligiusan.

Dimensi Pendidikan Positif terdiri dari enam indikator, yaitu:

1. Emosi Positif, pengalaman emosional yang positifseperti kegembiraan, syukur dan harapan, 2. Keterlibatan Positif, misalnyaminat, keterlibatan, keingintahuan, dan penyerapan, 3. Positif Prestasi, insentif untuk mencapai hasil yang berarti, 4. Tujuan Positif, dimana guru dapat berkontribusiorang lain dan komunitas, 5. Terkait Hubungan Positifketerampilan sosial dan emosional untuk mendorong pembentukandari hubungan positif, Dan 6. Kesehatan Positif, sehat dankondisi fisik dan psikologis yang optimal.

Dimensi Kinerja Baik terdiri dari tiga indikatornya yaitu:

1. Pelaksanaan Tugas, dimana guru beradamampu melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab sebagai guru, 2. Kinerja Kontekstual, di mana guru mampu menunjukkan perilaku positif yang mendukung efektivitas kinerjanya, 3. Perilaku Kerja Kontra produktif, guru mampu meminimalkan perilaku yang mereduksi efektivitas kinerja serta Adaptif Performa, dimana guru mampu beradaptasi dan proaktif dengan adanya perubahan. dan masih banyak lagi dimensi-dimensi dalam bidang lainnya.

Hasil Riset Penjelasan, Hasil Penelitian eksplanatori berupa Rancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk ITEI yang telad ada disahkan melalui FGD bersama Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia meliputi beberapa tahapan:

Tahapan Pertama, perancangan model ITEI dimulai oleh menyusun Desain database ITEI yang akan secara sistematis mendeskripsikan dimesndi, inidkakktor, dan item ITEI serta gambaran demografis dari seorang responden. Desain Database ITEI terdiri dari: 1. Bundel kuisioner yang berisi kuisioner dimensi, indikator kuisioner dan kuisioner pertanyaan. 2. Header responder yang menyertakan agen pengguna informasi, informasi alamat IP dan Pengguna Kemendikbud.

Keseluruhan Desain Database ITEI. Atur Responden Diagram Alir. Tahapan Kedua, perancangan model ITEI dilakukan oleh menyusun Flowchart Responder. Instrumen ITEI akan menjadi terisi serentak di seluruh Indonesia sehingga semua guru di Indonesia yang memiliki NUPTK diwajibkan untuk melengkapi instrumen ini. Prosedur pengisiang instrumen melalui situs web, situs web akan secara otomatis melakukan validasi pengguna. Setelah identitas divalidasi, file pengguna dapat melakukan pengisian ke instrumen secara online. Instrumen yang terisi penuh akan masuk ke database dan menghasilkan profil individu dan sistem akan melakukannya menyimpan informasi secara otomatis.

Saat semua data sudah dikumpulkan, sistem akan secara otomatis membuat profil semua responden yang datanya telah dimasukkan dan akan secara otomatis menghasilkan kondisi dari tren kondisi keterlibatan yang ada. Tren dan pemetaan ini akan berhubungan dengan masing-masing dimensi dan indikator sehingga dihasilkan profil akan lebih spesifik.

Saat ini sistem juga dikembangkan untuk bisa menghasilkan profil pribadi sehingga secara otomatis setiap pengguna juga dapat melihat jenis intervensi yang perlu ditinkatkan engagement sesuai dengan dimensi dan indikator yang dibutuhkan.

 

Buku Bacaan

[1] L. Darling-Hammond, “Constructing 21st-Century
Teacher Education,” J. Teach. Educ., vol. 57, no. 3,
pp. 300–314, 2006.

[2] L. Darling-Hammond, “How teacher education
matters,” J. Teach. Educ., vol. 51, no. 3, pp. 166–173,
2000.

[3] U. U. N. 20 Republik Indonesia, Sistem Pendidikan
Nasional, no. 1. 2003.

[4] P. Alex Linley, S. Joseph, S. Harrington, and A. M.
Wood, “Positive psychology: Past, present, and
(possible) future,” J. Posit. Psychol., vol. 1, no. 1, pp.
3–16, 2006.

[5] S. L. Gable and J. Haidt, “What (and Why) Is Positive
Psychology?,” Rev. Gen. Psychol., vol. 9, no. 2, pp.
103–110, 2005.

[6] L. Koopmans, C. M. Bernaards, V. H. Hildebrandt, W.
B. Schaufeli, C. W. de Vet Henrica, and A. J. van der
Beek, “Conceptual Frameworks of Individual Work
Performance,” J. Occup. Environ. Med., vol. 53, no. 8,
pp. 856–866, 2011.

[7] L. Koopmans, C. M. Bernaards, V. H. Hildebrandt, S.
Van Buuren, A. J. Van der Beek, and H. C. W. De
Vet, “Development of an individual work performance
questionnaire,” Int. J. Product. Perform. Manag., vol.
62, no. 1, pp. 6–28, 2013.

[8] J. Norrish, “An applied framework for Positive
Education,” Int. J. Wellbeing, vol. 3, no. 2, pp. 147–
161, 2013.

[9] M. E. P. Seligman, R. M. Ernst, J. Gillham, K.
Reivich, and M. Linkins, “Positive education: positive
psychology and classroom interventions,” Oxford Rev.
Educ., vol. 35, no. 3, pp. 293–311, 2009.

[10] M. E. P. Seligman, T. A. Steen, N. Park, and C.
Peterson, “Positive psychology progress: Empirical
validation of interventions.,” Am. Psychol., vol. 60,
no. 5, pp. 410–21, 2005.

[11] B. M. Bass, B. J. Avolio, D. I. Jung, and Y. Berson,
“Predicting unit performance by assessing
transformational and transactional leadership.,” J.
Appl. Psychol., vol. 88, no. 2, pp. 207–218, 2003.

[12] D. J. P. M. P. dan T. K. Kementerian Pendidikan
Nasional, “Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Guru,” 2011.

[13] D. J. Schildkraut, “The rise and fall of political
engagement among latinos: The role of identity and
perceptions of discrimination,” Polit. Behav., vol. 27,
no. 3, pp. 285–312, 2005.

[14] H. Susanto, “Understanding of Regional History and
Perception of,” Int. J. Hist. Educ., vol. XIV, no. 1,
2013.

[15] “Undang Undang Republik Indonesia No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen,” 2005.

[16] R. Bin Yusoff, A. Ali, and A. Khan, “Assessing
reliability and validity of job performance scale among university teachers.,” J. Basic Appl. Sci. Res.,
vol. 4, no. 1, pp. 35–41, 2014.

[17] F. J. Cabrerizo, J. A. Morente-Molinera, I. J. Pérez, J.
López-Gijón, and E. Herrera-Viedma, “A decision
support system to develop a quality management in
academic digital libraries,” Inf. Sci. (Ny)., vol. 323, pp.
48–58, 2015.

[18] D. Arnott and G. Pervan, “Eight key issues for the
decision support systems discipline,” Decis. Support
Syst., vol. 44, no. 3, pp. 657–672, 2008.

[19] N. T. N. Hien and P. Haddawy, “A decision support
system for evaluating international student
applications,” Proc. – Front. Educ. Conf. FIE, pp. 1–6,
2007.

[20] M. Doumpos and C. Zopounidis, “A multicriteria
decision support system for bank rating,” Decis.
Support Syst., vol. 50, no. 1, pp. 55–63, 2010.

[21] Sasmoko and Y. Ying, “Construct Validity in
NeuroResearch,” Adv. Sci. Lett., vol. 21, no. 7, pp.
2438–2441, 2015.

[22] F. Fios, Sasmoko, and A. A. Gea, “Neuro-Research
Method: A Synthesis Between Hermeneutics and
Positivism,” Adv. Sci. Lett., vol. 22, no. 9, pp. 2202–
2206, 2016.

[23] Sasmoko and D. Anggriyani, “Neuroresearch (A
Model of Research Method),” in Research on
Educational Studies, 2016th ed., A. Khan, M. N. A.
Ghafar, A. R. Hamdan, and R. Talib, Eds. New Delhi:
Serial Publications PVT. LTD, 2016, pp. 33–45.

[24] H. E. Goh, I. Marais, and and Ireland Michael James,
“A Rasch Model Analysis of the Mindful Attention
Awareness Scale,” Assessment, no. October, pp. 1–12,
2015.

[25] L. B. Sousa, G. Prieto, M. Vilar, H. Firmino, and M.
R. Simões, “The Adults and Older Adults Functional
Assessment Inventory: A Rasch Model Analysis.,”
Res. Aging, vol. 37, no. 8, pp. 787–814, 2014.

[26] G. N. Masters, “A Rasch model for partial credit
scoring,” Psychometrika, vol. 47, no. 2, pp. 149–174,
1982.

[27] D. D. Curtis and P. Boman, “X-ray your data with
Rasch,” Int. Educ. J., vol. 8, no. 2, pp. 249–259, 2007.

[28] C. M. Lewandowski, N. Co-investigator, and C. M.
Lewandowski, “Self-directed Learning Oriented
Assessments in the Asia-Pasific,” Eff. Br. mindfulness
Interv. acute pain Exp. An Exam. Individ. Differ., vol.
1, pp. 1689–1699, 2015.

[29] B. S. K. Kim and S. Hong, “A Psychometric Revision
of the Asian Values Scale Using the Rasch Model,”
Meas. Eval. Couns. Dev., vol. 37, no. 1, pp. 15–27,
2004.

[30] G. Karabatsos, “The Rasch model, additive conjoint
measurement, and new models of probabilistic
measurement theory.,” J. Appl. Meas., vol. 2, no. 4,
pp. 389–423, 2001.

[31] M. Rotundo and P. R. Sackett, “The Relative
Importance of Task, Citizenship and Counterproductive Performance to Global Ratings of
Job Performance: A Policy-Capturing Approach,” J.
Appl. Psychol., vol. 87, no. 1, pp. 66–80, 2002.

[32] J. P. Campbell and B. M. Wiernik, The Modeling and
Assessment of Work Performance, vol. 2, no. 1. 2015.

Prof.Dr. Ir Sasmoko, M.Pd