Branding Zaman Now ala Media Konvensional dan Media Online (FGD Media Konvensional x Media Online bersama Research Interest Group BINUS University)

Beberapa waktu lalu (12/9/2018), Research Interest Groupmelakukan Forum Group Discussion(FGD) dengan beberapa kalangan media. FGD ini dilaksanakan di Kampus BINUS Anggrek, lantai 8. Topik yang diangkat dalam FGD kali ini adalah “Branding Melalui Media Konvensional dan Media Sosial”. Kalangan media yang hadir ada dari media konvensional seperti RCTI, dan dari media online., seperti VICE, IDN, dan ORAMI.

Dengan mengangkat branding di masa sekarang, Research Interest Group ingin mengetahui bagaimana media-media ini untuk membranding media nya dan juga client nya yang sesuai dengan target massa, terutama para millennial yang fasih dengan media. Yang dilakukan mereka pun bermacam-macam. Dari mulai RCTI, dimana ada brand yang biasanya dipakai oleh kalangan orang tua, mereka ingin melebarkan audiens kepada yang berusia muda juga, jadi RCTI buat kompetisi video untuk cover lagu, pemenangnya bisa tampil di salah satu acara awards dan diwawancara di red carpet. Meskipun media konvensional mulai disaingi oleh media-media online, namun menurut Angga (RCTI), itu hanya berlaku di kota-kota besar, karena terbukti grafik audiens dari kota-kota kecil di Indonesia masih lebih besar.

Kalau dari IDN, mereka biasa menggunakan influencer sesuai dengan brand message yang mau dikeluarkan oleh client. Influencer pun bermacam-macam, bisa dilihat dari jumlah followers, jumlah engagement mereka, image dari influencer itu sendiri. Pemilihannya kembali lagi tergantung dari client. Ada brand yang menginginkan influencer yang memiliki image baik di dunia sosial karena pada nantinya bertugas untuk merepresentasikan brand mereka. Namun ada juga brand yang hanya ingin attract audiens, jadi butuh influencer yang memiliki followers banyak atau yang followersnya tidak terlalu banyak, namun engagement nya tinggi di sosial media. Salah satu brand yang sukses ditangani oleh IDN times adalah campaign dari tokopedia yang bekerjasama dengan 2000 influencers.

ORAMI biasanya akan lebih spesifik targetnya, salah satunya adalah offline event seperti seminar tentang asi dan baby blues. Dimana targetnya adalah wanita yang baru menjadi ibu atau young mom, karena hal tersebut sangat dibutuhkan oleh mereka. Selain itu ada forum wawancara dengan dokter, dimana ibu-ibu muda pasti memiliki banyak pertanyaan seputar topik tersebut,

VICE dengan mengangkat isu-isu yang related dengan masa sekarang, VICE juga menyebut bahwa media ini merupakan “millennial place”  dengan target audies di usia di 18-34 tahun. Karena VICE bicara di bahasa mereka dengan issue yang related sama mereka, brand yang bekerjasama punya spirit yang sama dengan bucket audience kita. Success story dari salah satu brand pasta gigi, yaitu Pepsodent dirumuskan oleh VICE, dimana mereka menginginkan branding nya naik di kalangan milenial. Meski seorang ibu merupakan decision maker, namun

Share of voice tetap di anak-anak muda Ciri khas VICE itu tipenya justru sedalam-dalamnya, bukan sebanyak banyaknya. Iklannya pepsodent misalnya kita bicara tentang apa arti senyum buat kalian. Bintang iklannya terdiri dari penambal ban – ses rendah, pembuat batik – ses menengah, ses tinggi diwakili chef. VICE memiliki gaya sendiri, membuat konten sesuai dengan brand messagenya partner.

Kesamaan yang bisa dilihat dari kesamaan media online adalah mereka tidak menjual produk dari brand-brand yang bekerjasama dengan mereka secara hard selling. Melainkan mereka menjual value dan message dari brand tersebut secara soft selling sehingga menyentuh touch point audiens.

Catherine Elsa